Revitalisasi Organisasi Seni Pertunjukan Ludruk Karya Budaya Mojokerto Jawa Timur
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v2i2.27898Keywords:
ludruk, organisasi, revitalisasiAbstract
Revitalisasi adalah bentuk upaya untuk menghidupkan atau memvitalkan kembali budaya yang mulai jarang ditemui. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan jaman akan membuat budaya tradisional mengalami penurunan minat. Bukan hanya pada penonton, tetapi juga penerus atau pelestari budaya tersebut. Berdasarkan hal itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan Ludruk Karya Budaya Mojokerto dan bentuk revitalisasi manajemen organisasi Ludruk Karya Budaya Mojokerto. Data berupa kata dan kalimat, bersumber dari hasil wawancara dan buku Ludruk Karya Budaya Mbeber Urip sebagai data sekunder. Instrumen penelitian menggunakan tabel indikator, alat tulis, dan alat rekam. Pengumpulan data menggunakanteknik wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis data menerapkan beberapa teknik antara lain: reduksi data atau pemilahan data, kesimpulan atau hasil dari analisis data, dan membuat laporan sebagai alur terakhir. Pengecekan data dilakukan degan teknik triangulasi yakni memanfaatkan aspek lain di luar data untuk perbandingan. Kesimpulan pada penelitian ini ditemukan adanya persoalan dan kemunduran grup Ludruk Karya Budaya memerlukan revitalisasi baik secara internal dan eksternal. Pemimpin ludruk harus mengambil kebijakan untuk memperbaiki persoalan yang ada di dalam manajemen organisasi ludruk. Langkah-langkah revitalisasi yang dipaparkan ditujukan pada beberapa aspek yakni (1) bentuk revitalisasi, (2) revitalisasi cerita yang dipentaskan, (3) revitalisasi dalam pemain ludruk, (4) revitalisasi dalam tata panggung, (5) revitalisasi dalam administrasi organisasi.
A revitalization is a form of effort to revive or revitalize culture that is rarely found. As time goes by and the rapid development of the times will make traditional culture experience a decrease in interest. Not only in the audience but also in the successors or preservationists of the culture. Based on that, the purpose of this study is to describe the development of Ludruk Karya Budaya Mojokerto and the form of the revitalization of organizational management of Ludruk Karya Budaya Mojokerto. Data in the form of words and sentences, sourced from interviews and the book Ludruk Karya Budaya Mbeber Urip as secondary data. Research instruments use indicator tables, stationery, and recording tools. Data collection using interview techniques and literature study. Data analysis techniques apply several techniques, including data reduction or data sorting, conclusions or results from data analysis, and making reports as the last flow. Data checking is carried out by triangulation techniques, namely utilizing other aspects outside the data for comparison. The conclusion of this study found that there were problems and the decline of the Ludruk Karya Budaya group required revitalization both internally and externally. Ludruk leaders must take policies to improve problems that exist in the management of the ludruk organization. The revitalization steps presented are aimed at several aspects, namely (1) the form of revitalization, (2) revitalization of the staged story, (3) revitalization in ludruk players, (4) revitalization in stage layout, (5) revitalization in organizational administration.
Downloads
References
Akhmad Taufiq, & Sukatman. (2012). Strategi Pengembangan Pertunjukan Ludruk di Daerah Jawa Timur Bagian Timur Untuk Wisata Budaya Berbasis Seni Tradisi.
Anggita, L. M. (2013). Revitalisasi kesenian besutan di Kabupaten Jombang 1980-2012. (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
Apsari, P. D. (2015). Eksistensi seni pertunjukan Ludruk Karya Budaya di Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto (1969-2012) serta nilai pendidikan moralnya / Putri Dwi Apsari. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Autar Abdillah. (2009). Inovasi Pertunjukan Teater Tradisional Ludruk Di Wilayah Budaya Arek. MUDRA, 24(1), 18–28. https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/1551/663
Azali, K. (2012). Ludruk: Masihkah Ritus Modernisasi? Lakon : Jurnal Kajian Sastra Dan Budaya, 1(1), 48–60. https://doi.org/10.20473/lakon.v1i1.1916
Brandon Rodger, J. (1967). Theatre in Southeast Asia. Cambrige University Press.
Cicilia Vinny Paramitha Anggi. (2018). Pelestarian Tari Orek-Orek Karya Sri Widajati Hasil Revitalisasi Kesenian Orek-Orek Di Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Firdaus Zulkarnain. (2014). Struktur Dan Tekstur Lakon eMBeRR Yang Dibawakan Oleh Ludruk Paguyuban Peminat Seni Tradisi Kota Malang. Skripsi thesis, Seni Teater ISI Yogyakarta.
Ganisa P Rumpoko, & G. R. Lono Simatupang. (2016). THANDHAK LUDRUK: TRANSGENDER DALAM SENI PERTUNJUKAN [S2 Thesis. Universitas Gadjah Mada]. https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/102720
Geertz, C. (2000). Negara Teater : Kerajaan-Kerajaan Di Bali Abad Kesembilan Belas. Yayasan Bintang Budaya. (terjemahan oleh Hartono Hadikusumo).
Gelar, A., & Handayaningrum, W. (2018). Kreasi Bentuk Tari Remo Gandrung pada Ludruk Irama Baru di Balongbendo K abupaten Sidoarjo. Jurnal Solah, 8(2), 1–13.
Hargianto, D., Sariyatun, S., & Wahyuni, S. (2016). Perkembangan Seni Ludruk Kirun dan Relevansinya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Terhadap Budaya Lokal. Candi, 13(2), 42–59. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sejarah/article/view/12087
Hendriani, D. (2012). Hasan Basori Dan Kesenian Ludruk Marjinal Di Sidoarjo. Jurnal Lembaran Sejarah, 9(2), 57–72.
Igama, R. (2009). Dulmuluk yang Berusaha Hidup. Www.Beritamusi.Com.
Irawati Dwi. (2004). Revitalisasi Organisasi melalui Perubahan Budaya. In Jurnal manajemen maranatha (Vol. 3, Issue 2, pp. 1–9).
Jawoto, A. (2008). Mengenal Kesenian Nasional 4 Ludruk. Begawan Ilmu.
Jupriono, D. (2010). Marginalisasi dan Revitalisasi Parikan di Era Kelisanan Sekunder. Atavisme, 13(2), 187–200. https://doi.org/10.24257/atavisme.v13i2.130.187-200
Nurwicaksono, B. D. (2013). Eksplorasi Nilai Budaya dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi (RB) dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 dan Program Agrowisata. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Pandia, H. S. (2016). Musik Pengiring Dalam Pertunjukan Ludruk di Kabupaten Asahan (Studi Terhadap Bentu Penyajian dan Fungsi). Undergraduate thesis, Universitas Negeri Medan.
Permas, A. (2003). Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. PPM Jakarta.
Putra, I. B. (2017). Kesenian Ludruk di Surabaya (Studi Deskriptif Mengenai Upaya Paguyuban “LUNTAS” Dalam Menghidupkan Kembali Eksistensi Kesenian Tradisional Ludruk sebagai Atraksi Wisata di Surabaya). Tugas Akhir D3 thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia.
Robery A. Baron, & Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosisal (edisi 10). Erlangga.
Saefurrohman, N. (2013). Sidik Wibisono Pelestari Kidungan Jawatimuran ( Perjalanan Sidik Wibisono dalam kesenian Ludruk serta peranannya dalam melestarikan kidungan gaya Surabaya ). Jurnal Teorob, 4(6), 98–113.
Setiawan, I. (2014). Transformation of Ludruk Performances: From Political Involvement and State Hegemony. 187–202.
Sujatmiko, K. (2018). Pesan Komunikasi Pembangunan dalam Pentas Kesenian Ludruk (Studi pada Kelompok Ludruk Karya Budaya Mojokerto). Undergraduate (S1) thesis, University of Muhammadiyah Malang.
Suneki, S. (2012). Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah. Jurnal Civis, 2(1), 307–321.
Susanto, E. E. (2014). Ludruk Karya Budaya, Mbeber Urip (A. P. Wibowo, Ed.).
Sutarto, A. (2009). Reog Dan Ludruk: Dua Pusaka Budaya Dari Jawa Timur Yang Masih Bertahan. In Pengenalan Budaya Lokal Sebagai Wahana Peningkatan Pemahaman Keanekaragaman Budaya (pp. 1–10).
Suwandi, E. A. (2015). Gedung Pertunjukan Ludruk di Surabaya. EDimensi Arsitektur Petra, 3(2), 809–816. https://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/9514
Takari, Muhammad. (2008). Masyarakat Kesenian di Indonesia. Studia Kultura.
Tjundomanik Tjatur Pawestri. (2016). Eksistensi Tandhak Ludruk Pada Seni Pertunjukan LudrukMalang: Kontinuitas dan Perubahan [Masters thesis, Pascasarjana ISI Yogyakarta.]. http://lib.isi.ac.id
Ulfa, S., Putri, V., Budiardjo, H., & Prayitno, S. (2016). Perancangan Buku Komik Ludruk Berbasis Ilustrasi Digital Guna Mengenalkan Kembali Kesenian Tradisional kepada Remaja. Jurnal Art Nouveau, 5(2), 329–338.
Yanuartuti, S. (2015). Revitalisasi Pertunjukan Wayang Topeng Jati Duwur Jombang Lakon Patah Kuda Narawangsa. Institut Seni Indonesia Surakarta.
Zuhriyyah, M. (2018). Kelompok Ludruk Cak Durasim (Ludruk Organisatie) di Surabaya Tahun 1933-1945. KAGANGA: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial-Humaniora, 1(2), 93–106. https://doi.org/10.31539/kaganga.v1i2.414
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Joko Widodo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)