https://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/issue/feedJournal of Forest Science Avicennia2024-08-29T22:28:17+07:00Febri Arif Cahyo Wibowofebriarif14@umm.ac.idOpen Journal Systems<hr /> <table class="data" width="100%" bgcolor="#f0f0f0"> <tbody> <tr valign="top"> <td width="20%">Journal title</td> <td width="80%"><strong>Journal of Forest Science Avicennia</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Initials</td> <td width="80%"><strong>Jurnal Avicennia</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Frequency</td> <td width="80%"><strong>2 issues per year (February and August)</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">DOI</td> <td width="80%"><strong>prefix 10.22219 </strong>by <a href="https://search.crossref.org/?q=journal+of+forest+science+avicennia" target="_blank" rel="noopener"><img src="https://ejournal.umm.ac.id/public/site/images/jurnaltiumm/Crossref_Logo_Stacked_RGB_SMALL.png" alt="" /></a> <strong><br /></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"> <p>Online ISSN</p> <p>Print ISSN</p> </td> <td width="80%"> <p><a href="http://u.lipi.go.id/1532493209" target="_blank" rel="noopener"><strong>2622-8505</strong></a></p> <p><a href="http://u.lipi.go.id/1582345433" target="_blank" rel="noopener"><strong>2722-7928</strong></a></p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Editor-in-chief</td> <td width="80%"><strong><strong><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6101545" target="_blank" rel="noopener">Mochamad Chanan</a></strong></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Man. Editor</td> <td width="80%"><strong><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6698188" target="_blank" rel="noopener">Febri Arif Cahyo Wibowo</a><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6176999" target="_blank" rel="noopener"> & Nirmala Ayu Aryanti</a> </strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Publisher</td> <td width="80%"><a href="https://ejournal.umm.ac.id/" target="_blank" rel="noopener"><strong>Universitas Muhammadiyah Malang</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Cite Analysis</td> <td width="80%"><a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=VeRjGdgAAAAJ&hl=en&authuser=2" target="_blank" rel="noopener"><strong>Google Scholar</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%"> </td> </tr> </tbody> </table> <hr /> <p align="justify"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;"><span style="font-family: helvetica; font-size: small;">Journal of Forest Science Avicennia diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang dengan bekerjasama dengen <strong><a href="https://drive.google.com/file/d/1wqS3bvKag-xlLlzeOP_CIYnCYvOkhSoT/view?usp=drive_link">FOReTIKA</a></strong> (Forum Pimpinan Lembaga Perguruan Tinggi Kehutuanan Indonesia). Journal of Forest Science Avicennia diterbitakan dua kali dalam setahun. Ada empat disiplin ilmu yang masuk ke dalam bahasan jurnal Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Konservasi Sumber Daya Hutan, dan Teknologi Hasil Hutan. </span></span></span></p>https://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/31308Perbandingan Sifat Fisika Mekanika Papan Laminasi Bambu Petung dengan Papan Laminasi Kombinasi Kayu Kemiri Bambu Petung dan Kayu Sengon Bambu Petung Sebagai Bahan Konstruksi2024-06-24T03:12:21+07:00Febriana Wulandariaritri71@yahoo.com<p>Guna mengembangkan sifat papan laminasi kombinasi antara kayu maupun bambu perlu dikaji lebih lanjut. Kayu kemiri dan Sengon merupakan jenis kayu yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan baku papan laminasi. Kayu Sengon merupakan salah satu jenis kayu cepat tumbuh Leguminoceae yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan permintaannya di pasaran terus meningkat. Kayu cepat tumbuh memiliki beberapa karakteristik antara lain berdiameter kecil, memiliki kualitas yang rendah, memiliki kandungan kayu juvenil yang lebih banyak, dan menghasilkan kayu dengan jumlah yang lebih sedikit. Kayu Kemiri merupakan jenis kayu ringan, dengan kelas kuat IV dan kelas awet IV-V. Untuk itu peningkatan nilai tambah penggunaan kayu sengon dan kayu kemiri harus terus dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat fisika dan mekanika papan laminasi yang terbuat dari bambu petung, kombinasi kayu kemiri bambu petung dan kombinasi kayu sengon bambu petung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode ekspertimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan tiga perlakuan. Hasil pengujian sifat fisika dan mekanika papan laminasi kombinasi Kemiri Bambu Petung, Sengon Bambu Petung dan papan laminasi bambu petung tidak bepengaruh nyata kecuali pada pengujian kadar air, penyusutan tebal dan MoE berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisika dan mekanika maka papan laminasi kombinasi Kemiri Bambu Petung, Sengon Bambu Petung dan papan laminasi bambu petung masuk dalam kelas kuat III dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi berat yang terlindungi dan terjadi peningkatan kelas kuat IV menjadi kelas kuat III setelah dikombinasikan dengan bambu petung menjadi papan lamianasi</p>2024-02-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Febriana Wulandarihttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/24058Studi Daya Dukung Ekowisata Air Terjun Begiham di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat2024-08-29T15:00:12+07:00Yunita Kristinyunitaakristin007@student.untan.ac.idMardan Adijayamardan.a@faperta.untan.ac.idFitra Wira Hadinatafitra.wirahadinata@faperta.untan.ac.id<p><em>This research was carried out from May -July 2022, using a survey method and descriptive analysis of the Tourism Suitability Index (IKW) analysis. Primary data was collected by direct measurement as well as interviews and filling out questionnaires. Activities that can be done in this area include playing in the water, looking at the scenery and camping. The magnitude of the value of the Begiham waterfall tourism suitability index, is the activity of playing in water the IKW value of 2.86 means that tourism is very suitable for sitting and activities seeing the sights with an IKW value of 2.22 means that tourism suitability is appropriate and camping activities with an IKW value of 2.2 means that tourism suitability is appropriate.While the value of the Area Carrying Capacity in the Begiham waterfall is 115 people/day for playing in the water, seeing the sights and camping. Begiham waterfall is very suitable for ecotourism purposes with a carrying capacity that is still being developed further, in this area you can do camping activities and enjoy the wild nature.</em></p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Yunita Kristin, Mardan Adijaya, Fitra Wira Hadinatahttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/29661Estimasi Stok Karbon pada Ekosistem Mangrove di Pulau Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung2024-08-29T15:03:22+07:00Henri Henribiology.henry@gmail.comArthur Muhammad Farhabyamfarhaby88@gmail.comOkto Supratmanoktosupratman@gmail.com<p>Ekosistem mangrove merupakan salah satu lahan basah pesisir yang berperan penting dalam siklus karbon global terutama karena kapasitas penyimpanan karbonnya yang tinggi. Estimasi penyimpanan karbon menjadi penting sehingga penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai cadangan karbon pada ekosistem hutan mangrove di Pulau Lepar, Kabupaten Bangka Selatan. Metode pengambilan vegetasi dan biomassa dilakukan secara <em>systematic sampling method</em> dan pengukuran biomassa pohon mangrove mati mengacu pada SNI (7724:2011), sedangkan pengambilan sampel substrat dilakukan dengan metode komposit yang selanjutnya dianalisis kandungan karbon menggunakan <em>metode Loss of Ignition</em> (LOI). Hasil penelitian terdapat sebanyak 11 spesies mangrove pada keempat stasiun dengan <em>Rhizophora apiculata</em> dan <em>Sonneratia alba</em> yang selalu ada pada setiap stasiun kecuali pada stasiun IV. Kerapatan rata-rata ekosistem mangrove di Pulau Lepar masuk dalam kriteria kerapatan sangat padat (1.689,75 ind/ha). Nilai rata-rata <em>aboveground biomass</em> sebesar 87,55 ton/ha dan stok karbonnya sebesar 41,15 ton/ha, dan yang tertinggi pada stasiun IV sebesar 182,88 ton/ha untuk <em>aboveground biomass</em> dan 85,95 ton/ha untuk stok karbon sedangkan terendah pada stasiun II yaitu 30,90 ton/ha untuk<em> aboveground biomass </em>dan 14,52 stok karbonnya. Potensi stok karbon yang ada dapat dijadikan upaya pentingnya konservasi dan restorasi ekosistem mangrove dalam menghadapi mitigasi perubahan iklim.</p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Henri Henri, Arthur Muhammad Farhaby, Okto Supratmanhttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/30506Komposisi Jenis Mamalia Dan Kajian Etnozoologi Di Kawasan PBPH PT. Ekosistem Khatulistiwa Lestari Kalimantan Barat2024-08-29T15:14:21+07:00Sri Rahmawatisrirahmawatisj@gmail.comNirmala Ayu Aryantinirmala@umm.ac.idDennis Wara Hermiandradenniswara.ekl@gmail.comWardatutthoyyibah Wardatutthoyyibahwardah.ekl@gmail.comIqbal Nur Ardiansyahiqbalna.ekl@gmail.comAndreas Hendra Reynaldyandreashendra.ekl@gmail.comMuhammad Al-Fatih Naufalmanaufalh.ekl@gmail.com<p>Mamalia berperan penting dalam ekosistem, Penurunan keanekaragaman mamalia akibat hilangnya habitat, tingginya gangguan pada habitat dan interaksi antar jenis. Pemilihan habitat oleh mamalia merupakan sifat alami dalam mendukung keberlangsungan hidup dan pengembangan populasi. Pemanfaatan mamalia secara umum oleh manusia berupa konsumsi, komersial, pengobatan, adat dan kesenian. Perbedaan bentuk pemanfaatan merupakan implikasi dari adanya perbedaan etnik, jenis mamalia, dan bagian yang dimanfaatkan. Penelitian dilakukan dua tipe tutupan lahan yaitu hutan mangrove sekunder dan lahan pertanian kering campur semak untuk mengetahui karakteristik dan ethnozoologi mamalia di PT. Ekosistem Khatulistiwa Lestari. Mamalia yang ditemukan sebanyak 15 spesies, pada hutan mangrove enam spesies dan pada lahan pertanian kering campur semak ditemukan 12 spesies, terdiri dari lima spesies kelompok karnivora, tiga spesies kelompok herbivora dan tujuh spesies merupakan kelompok omnivora. H’ sebesar 1<2,15≤3 (sedang), E sebesar 0,3<0,79≤1 (sedang), dan dmg sebesar 2,5<3,13≤4 (sedang). INP hutan mangrove mangrove tingkat tumbuhan bawah tertinggi sebesar 89% (Bakau), pancang sebesar 300% (Bakau), pohon sebesar 199% (Nipah). INP pertanian lah kering campur semak tingkat tumbuhan bawah tertinggi sebesar 98% (Lemidi), pancang sebesar 262% (Buta-Buta), tiang sebesar 143% (Buta-Buta), pohon sebesar 111% (Sengon). Ethnozoologi areal PT. Ekosistem Khatulistiwa Lestari Sui Kubu yaitu konsumsi (39%), komersial (29%), pengobatan (6%), dan koleksi (26%).</p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Sri Rahmawati, Nirmala Ayu Aryanti, Dennis Wara Hermiandra, Wardatutthoyyibah Wardatutthoyyibah, Iqbal Nur Ardiansyah, Andreas Hendra Reynaldy, Muhammad Al-Fatih Naufalhttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/31203Minat Warga dalam Memanfaatkan RTH Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Taman Kota Syech Kukut, Kota Solok) 2024-08-29T15:23:41+07:00Muhammad Sapriyadijackeinstein81@gmail.comNoril Milantaranmi.umsb@gmail.comFauzan Fauzanfauzanmika86@gmail.comTeguh Haria Aditia Putrateguhumsb@gmail.comFakhruzy Fakhruzyfakhruzy8@gmail.com<p>Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi wadah bagi warga untuk berkomunikasi dan berbagai aktivitas sosial, namun pandemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya pembatasan sosial. Beberapa fakta justru menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan bahkan terjadi peningkatan aktivitas masyarakat di RTH pada masa pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi masyarakat memanfaatkan RTH, manfaat RTH yang dirasakan masyarakat, protokol pencegahan Covid-19, dan persepsi masyarakat tentang bahaya Covid-19 terhadap minat warga dalam memanfaatkan RTH. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pengguna Taman Syech Kukut, dengan sampel berjumlah 50 responden yang diambil melalui teknik <em>purposive sampling</em>. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (motivasi, manfaat RTH, pelaksanaan protokol Covid-19 dan persepsi warga terhadap Covid-19) terhadap variabel terikat (minat) baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil analisis menunjukkan semua variabel bebas mempengaruhi minat warga dalam memanfaatkan RTH secara simultan, namun secara parsial variabel yang mempengaruhi minat warga dalam memanfaatkan RTH adalah motivasi dan manfaat RTH, sedangkan variabel protokol Covid-19 dan persepsi bahaya Covid-19 tidak mempengaruhi minat warga dalam memanfaatkan RTH.</p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Milantara, Muhammad Sapriyadi, Fauzan, Teguh Haria Aditia Putra, Fakhruzyhttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/31399Perhutanan Sosial: Pengelolaan Hutan Nagari (HN) Berbasis Masyarakat di Pesisir Selatan2024-08-29T19:01:23+07:00Ade Irwandiadeirwandi07@gmail.comFajri Rahmanfrahman@soc.unand.ac.id<p>Ancaman terhadap hutan yang paling sering terjadi bukan hanya deforestasi maupun degrasi hutan, namun ekspansi perusahan kelapa sawit. Di Pesisir Selatan, banyak hutan-hutan gambut sudah menjadi tanaman monokultur kelapa sawit. Sehingga, masyarakat Lunang khawatir dengan hutan mereka akan berubah. Tahun 2016, tokoh masyarakat mulai mengusulkan untuk perlindungan hutan dengan melarang segala aktivitas pengrusakan hutan dan tidak memperbolehkan jual beli lahan di dalam kawasan hutan. Sehingga, pada tahun 2018, hutan mereka menjadi Hutan Nagari (HN) dalam skema Perhutanan Sosial. Hal ini membantu legitimasi terhadap perlindungan, pelestraian hutan dan pengembangan ekonomi masyarakat. Maka dari itu, seperti apa pengelolaan Hutan Nagari di Pondok Parian Lunang dan sejauh apa keterlibatan masyarakat serta dampaknya. Tujuan penelitian untuk menjelaskan seperti apa pengeloaan Hutan Nagari (HN) di Pondok Parian Lunang dalam konsep Perhutanan Sosial atau Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) yang sudah ditetapkan sejak tahun 2018 hingga sekarang. Untuk menjawab pertanyaan, digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data melalui wawacara mendalam, observasi dan dokumentasi untuk mendapatkan pandangan dari masyarakat. Hasilnya menunjukkan Hutan Nagari terbentuk atas keinginan masyarakat, dengan tujuan perlindungan agar hutan tidak rusak. Hutan merupakan sumber air bagi pertanian sawah masyarakat, jika hutan terganggu maka sumber air mereka juga akan terganggu dan sawah tidak akan bisa digarap. LPHN (Lembaga Pengelola Hutan Nagari) memiliki wewenang dalam pengelolaan hutan, melakukan patroli dan pembentukan KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) bagi pengembangan ekonomi masyarakat melalui kerjasama dengan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) dan KKI Warsi. Sehingga Hutan Nagari memberikan dampak bukan hanya perlindungan, pelestarian tetapi juga peningkatan ekonomi masyarakat lokal.</p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Ade Irwandi, Fajri Rahmanhttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/31833Analisis Kesehatan Pohon di Hutan Kota Selong dan Taman Rinjani Kota Selong Kabupaten Lombok Timur2024-08-29T19:06:12+07:00Shafwati Munawarahshafwatimunawarah1@gmailSitti Latifahsittilatifah@unram.ac.idIrwan Mahakam Lesmono Ajiirwanmla@unram.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>The green open spaces of Selong City Forest and Rinjani Park Selong City are areas that are used by the community to support economic, social, sports, and educational activities. The large number of activities carried out in the green open space can affect the health of the trees and it is feared that this will impact the safety of the visitors. This research aims to determine the health condition of trees in the Selong City Forest and Rinjani Park Selong City using the Forest Health Monitoring (FHM) method. Health measurements and assessments were carried out on all trees in the Selong City Forest were in healthy condition with an interval of (0-3,8) totaling 219 trees (93,3%) while for trees in the Rinjani Park Selong City which is in the healthy category with an interval of (-3,19) has 63 trees (90%). This shows that all the trees are in healthy condition both in the Selong City Forest and Rinjani Park, Selong City.</em></p> <p><strong><em>Key Words: </em></strong><em>Tree Health, FHM, Selong City Forest, Rinjani Park Selong City</em><em>.</em></p> <p><strong>Abstrak </strong></p> <p>Ruang terbuka hijau Hutan Kota Selong dan Taman Rinjani Kota Selong merupakan kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penunjang dalam kegiatan ekonomi, sosial, olahraga, dan pendidikan. Banyaknya aktivitas yang dilakukan di RTH tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pohon dan dikhawatirkan berdampak terhadap keselamatan pengunjung. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan pohon di Hutan Kota Selong dan Taman Rinjani Kota Selong dengan menggunakan metode <em>Forest Health Monitoring</em> (FHM). Pengukuran dan penilaian kesehatan dilakukan terhadap seluruh pohon dan pengukuran dilakukan secara sensus dan hasil penelitian menunjukkan pohon di Hutan Kota Selong berada pada kondisi sehat dengan interval sebesar (0–3,8) berjumlah 219 pohon (93,3%) sementara untuk pohon di Taman Rinjani Kota Selong yang berada pada kategori sehat dengan interval sebesar (0–3,19) berjumlah 63 pohon (90%). Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pohon berada dalam kondisi sehat baik di Hutan Kota Selong maupun di Taman Rinjani Kota Selong.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : Kesehatan Pohon, FHM, Hutan Kota Selong, Taman Rinjani Kota Selong.</p> <p> </p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Shafwati Munawarah, Sitti Latifah, Irwan Mahakam Lesmono Ajihttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/32057Model Alometrik Penduga Aboveground Biomass Gigantochloa atter di Desa Alu, Kabupaten Polewali Mandar.2024-08-29T19:13:25+07:00Daud Irundudaud_irundu@unsulbar.ac.idrahmania RMrahmaniah@unsulbar.ac.idWahyudiwahyudi@unsulbar.ac.idRitabulanritabulan@unsulbar.ac.idMila alvianimilaalviani18@gmail.com<p><em>Biomass allometric models are needed to determine the carcon content absorbed by bamboo plants. There are still many bamboo plants that do not have a local allometric model to estimate their biomass, one of which is Gigantochloa atter bamboo. This research aims to produce an allometric model for estimating the biomass of Gigantochloa atter bamboo found in Alu Village, Polewali Mandar Regency, West Sulawesi Province. Dustructive sampling method of 30 bamboo plants, to obtain wet weight and water content, starting with measuring the diameter and total height. Water content to determine biomass. Biomass, diameter and height values </em><em></em><em>were analyzed by regression to develop allometric models according to predetermined equations. Substitution of measurement values </em><em></em><em>into the allometric equation and data analysis using the coefficient of determination (R<sup>2</sup>), bias, error index and Mean Square Error Prediction variable scoring method. The scoring results of six models for estimating the biomass of Gigantochloa atter bamboo plants in Alu Village, Polewali Mandar Regency were selected as the best model Y = 0.785+0.011(D<sup>2</sup>H) with the highest score values </em><em></em><em>including R<sup>2 </sup>value (0.982), Bias value (0.124), IE value (25.086 ) and MSEP (1.435).</em></p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Daud Irundu, rahmania RM, Wahyudi, Ritabulan, Mila alvianihttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/33936Evaluasi Pertumbuhan Hasil Hutan Bukan Kayu Di Hutan Kemasyarakatan Aik Bual Kabupaten Lombok Tengah2024-08-29T19:19:24+07:00mia fadilamiafafila@gmail.comMuhamad Husni Idrismhusni@unram.ac.idIrwan Mahakam Lesmono Ajiirwanmla@unram.ac.id<p><em>The sustainable management of forest resources has become increasingly important, particularly in community-managed forests where non-timber forest products (NTFPs) play a crucial role in local livelihoods and biodiversity conservation. This study aims to identify the types of NTFPs, the density and diversity of vegetation, and the average growth of NTFPs in the Community Forest (HKm) of Aik Bual. The research utilized a descriptive method and was conducted from August to September 2022 on HKm land in Aik Bual Village, Central Lombok, which received enrichment assistance for NTFP plants. The study population consisted of 164 HKm farmers, with an average land ownership of 50-60 ares. The sample used in this study comprised 20 plots managed by farmers. On these plots, a main plot of 25 m x 40 m and subplots of 20 m x 20 m and 10 m x 10 m were established. In the 25 m x 40 m plots, all NTFPs were surveyed, while other vegetation at tree and pole levels was measured in the 20 m x 20 m and 10 m x 10 m subplots. Parameters measured included diameter, height, and vegetation type. The analysis included vegetation diversity, density, dominance index, and NTFP growth. The results showed that there are nine types of NTFPs in the Community Forest of Aik Bual, namely avocado, durian, guava, mango, jackfruit, cocoa, silk cotton tree, melinjo tree, and sapodilla. Additionally, five types of non-wood forest products were identified. The vegetation density at the tree level in HKm Aik Bual was 515 individuals/ha, while at the pole level it was 545 individuals/ha. The highest importance value index (IVI) at the tree level was recorded for rajumas and mahogany, with values of 82% and 78,70%, respectively. At the pole level, durian and avocado had the highest IVI, with values of 123,69% and 70,08%, respectively. The dominance index at the tree level was dominated by rajumas and mahogany with a value of 0,07, while at the pole level, durian dominated with a value of 0,17. The average diameter growth for avocado at ages 1, 4, 5, 10, and 20 years was 1,49 cm/year, 2,42 cm/year, 2,55 cm/year, 1,98 cm/year, and 1,64 cm/year, respectively. For durian, the average diameter growth at these ages was 1,43 cm/year, 2,76 cm/year, 2,35 cm/year, 1,68 cm/year, and 1,71 cm/year. The average height growth for avocado at ages 1, 4, 5, 10, and 20 years was 1,33 m/year, 1,42 m/year, 1,62 m/year, 1 m/year, and 0,60 m/year, respectively. For durian, the average height growth at these ages was 1,24 m/year, 1,39 m/year, 1,50 m/year, 1,07 m/year, and 0,71 m/year.</em></p> <p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>NTFS, Growth, Dominance Index, Vegetation Density</em></p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 mia fadila, Muhamad Husni Idris; Irwan Mahakam Lesmono Ajihttps://ejournal.umm.ac.id/index.php/avicennia/article/view/36067Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Jati Plus Perhutani Umur 3 Tahun di KPH Ngawi2024-08-29T22:28:17+07:00Sinta Nuriyahsintanuriyah1808@gmail.comErni Mukti Rahayuernimukti15@umm.ac.idMochammad Chananchanan@umm.ac.id<p>Pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya jarak tanam. Jarak tanam mampu memberikan ruang tumbuh untuk proses perkembangannya yang berpengaruh pada kemampuan menyerap unsur hara dan memperoleh cahaya matahari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan klon Jati Plus Perhutani. Penelitian dilakukan di Resort Pengelolaan Hutan Kricak, Kesatuan Pengelolaan Hutan Ngawi, pada tanaman Jati Plus Perhutani berumur 3 tahun. Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan jarak tanam yang diuji yaitu 3x3m, 6x6m, 8x4m, dan 8x6m dengan pengulangan sebanyak lima kali. Indikator penelitian diantaranya diameter pohon, tinggi total, diameter tajuk serta dilakukan perhitungan riap diameter pohon. Hasil menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh signifikan terhadap diameter pohon, tinggi total, diameter tajuk dan riap pertumbuhan diameter. Diameter pohon terbaik pada jarak tanam 8x6m sebesar17,96 cm. Diameter tajuk terbaik pada jarak 8x6 m yakni sebesar 4,94 m. Sementara itu jarak tanam 8x4 menghasilkan perlakuan tertinggi berdasarkan tinggi total pohon sebesar 12,29 m. Terjadi fluktuasi pada pertumbuhan <em>Mean Annual Increment</em> (MAI) namun terjadi peningkatan pertumbuhan pada <em>Current Annual Increment</em> (CAI). Pertumbuhan riap diameter pohon paling optimal terjadi pada perlakuan jarak 8x6m baik itu berdasarkan MAI sebesar 4,96 cm/tahun maupun CAI sebesar 5,38 cm/tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa jarak tanam berperan penting dalam meningkatkan pertmbuhan jati plus perhutani secara optimal.</p>2024-06-25T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Sinta Nuriyah, Erni Mukti Rahayu, Mochammad Chanan