WIRA USAHA BOKASI DENGAN STARTER HASIL ISOLASI SENDIRI KERJASAMA DENGAN CV. AGRO MANDIRI
DOI:
https://doi.org/10.22219/dedikasi.v2i0.930Abstract
Kehidupan petani semakin terpuruk ketika harga jual produk pertanian semakin menurun
dan kalah bersaing dengan produk pertanian impor. Disi lain banyaknya permintaan
pupuk an-organik yang semakin banyak menyebabkan harga pupuk ini kian melambung.
Maka kiranya perlu dicari alternatif yang relatif pupuk yang murah dan terjangkau oleh
petani, maka Bokasi merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang ditawarkan
dalam rangka untuk mengimbangi mahalnya harga pupuk an-organik. Adalah C.V. Agro
Mandiri, sebuah industri kecil rekanan dari Laboratorium Pertanian UMM yang
memproduksi Bokasi dengan kapasitas 3 ton/ bulan.
Produksi tersebut jauh lebih kecil dari permintaan pasar yang mencapai ratusan bahkan
ribuan ton / bulan. Sebagai gambaran saja untuk kebutuhan pedagang bunga saja
mencapai 90 ton / bulan dan kebutuhan tersebut cenderung terus meningkat sejalan
dengan pengetahuan masyarakat petani akan manfaat Bokasi. Akhir-akhir ini Banyak
PTP dan Petani Buah yang mulai tertarik untuk menggunakan Bokasi sebagai pupuk
alternatif.
Kecilnya produksi CV. Agro Mandiri tersebut disebabkan karena starter EM 4 yang
digunakan kurang efektif, sehingga proses fermentasinya relatif lambat (± 2 bulan).
Kelambatan fermentasi telah menyebabkan frekuensi produksi perbulannya menjadi
kecil. Selain itu juga tidak ada jaminan tetang EM 4 yang dibeli di pasaran dari sisi
kualitas maupun kedaluwarsanya. Karena EM 4 yang diedarkan tersebut tidak pernah
mencantumkan tanggal batas akhir pemakaian sehingga konsumen tidak tahu secara
pasti apakah mikrobia yang ada di dalamnya masih hidup atau tidak. Di samping itu,
semakin banyaknya produk EM 4 yang ada dipasaran (yang notabene buatan sendiri
dari beberapa pabrik) menjadikan mikrobia yang ada di dalamnya tidak terjamin atau
terkontrol, sehingga banyak jasad kontaminannya. Di sisi lain harga EM 4 relatif mahal
(Rp 12.500,/liter), untuk produksi skala kecil sampai menengah biaya pembuatan Bokasi
per-unitnya menjadi mahal. Dengan demikian starter yang berasal dari teknologi EM 4
belum dapat memberikan jaminan kualitas maupun kuantitas Bokasi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Laboratorium Pertanian UMM telah berhasil
membuat starter hasil koleksi sendiri, yaitu berupa campuran Aspergilus coklat,
Aspergilus abu-abu, Aspergilus hijau, Aspergilus hitam, Penicillium abu-abu,
Sacharomyces, dan Trichoderma. Campuran isolat tersebut dari hasil penelitian
sebelumnya ( Zainudin dan Sukorini, 1996), memberikan hasil yang lebih baik dibanding
dengan menggunakan starter EM 4. Dengan menggunakan starter tersebut Bokasi yang
dihasilkan jauh lebih cepat yaitu hanya dalam waktu satu bulan, sedangakn jika
menggunakan starter dengan EM 4 memerlukan waktu 2 bulan. Selain itu Bokasi yang
dihasilkan dengan menggunakan starter tersebut setelah diuji cobakan pada tanaman
bawang merah ternyata hasilnya jauh lebih baik (13,68 ton/ha), dibanding dengan
menggunakan EM 4 yang hanya mencapai 12,24 ton/ha. Ini berarti dengan menggunakan
Bokasi hasil fermentasi dari kultur campuran tersebut mampu meningkatkan produktivitas
sebesar 11,76 %.
Dengan demikian penggunaan starter hasil koleksi Laboratorium Pertanian UMM,
tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif akan dapat meningkatkan produksi Bokasi
dan tanaman budidaya.
Penggunaan Stater buatan Laboratorium Pertanian dapat membantu mengatasi masalah
yang ada pada CV tersebut, karena dengan adanya stater produksi Lab. Pertanian maka
proses produksi menjadi lebih cepat (kurang lebih 1 bulan) sehingga kapasitas produksi
tinggi, dengan demikian modal cepat kembali, dan CV dapat berjalan dengan lebih baik.
Kualitas yang selama ini selalu dianalisakan kepada pihak luar dengan biaya yang
tinggi dapat dilakukan di Lab. Pertanian dengan biaya yang murah.
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.