Konstruksi argumentasi putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli No. 07/Pid.B/2013/PN-GS: Kajian linguistik forensik
DOI:
https://doi.org/10.22219/kembara.v9i1.24279Abstract
Indonesia menjadi salah satu negara yang masih memberlakukan pidana mati sebagai bentuk hukuman. Hal itu direalisasikan dalam banyak perkara pidana yang divonis dengan hukuman mati melalui putusan pengadilan. Sebagai sebuah teks, putusan pengadilan dengan vonis hukuman mati sejatinya adalah praktik penggunaan bahasa sebagaimana teks pada umumnya yang bersifat terbuka untuk dianalisis secara linguistik. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konstruksi argumentasi putusan pengadilan terkait pidana mati sebagai sebuah teks argumentasi, dengan seluruh pertimbangan hukum menjadi dasar bagi diktum. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik dokumentasi dan menggunakan pendekatan linguistik forensik. Data yang dianalisis dalam tulisan ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli No. 07/Pd.B/2013/PN-GS. Hasil penelitian ini meliputi beberapa hal. Pertama, majelis hakim menggunakan kesaksian dari KBP dan SBM yang memiliki tingkat keterlibatan (focalisation) dan tingkat pengetahuan (empathy) yang lebih rendah dari daripada kesaksian YT dan pengakuan RH. Kedua, majelis hakim mengabaikan kesaksian YT dan pengakuan RH mengenai kondisi sebelum dan saat pembunuhan terjadi yang menunjukkan suatu keadaan di mana YT dan RH tidak mengetahui rencana J, RH mendapat ancaman dari dan di bawah kendali J, dan RH melakukan pembunuhan tersebut di bawah ancaman J. Dengan demikain, dapat disimpulkan bahwa karena adanya kriteria “sah dan meyakinkan” dan “berencana dan bersama-sama” tidak dapat terpenuhi secara argumentatif, maka klaim patut dijatuhi pidana mati dapat dikatakan buruk dari sudut pandang teori argumentasi.
Downloads
References
Andreescu, V., & Hughes, T. T. (2020). Public opinion and the death penalty in Japan. Punishment &Society. https://doi.org/10.1177/1462474520915572
Anjari, W. (2020). Penerapan pidana mati terhadap terpidana kasus korupsi. Masalah-Masalah Hukum, 49(4), 432–442. https://doi.org/10.14710/mmh.49.4.2020.432-442
Anugrah, R., & Desril, R. (2021). Kebijakan formulasi perbuatan melawan hukum dalam pembaharuan hukum pidana Indonesia. Journal Pembangunan Hukum Indonesia, 3(1), 80–95. https://doi.org/10.37859/jeq.v6i1.2683
Apriyani, R. (2021). Sistem sanksi dalam hukum pidana. Journal of Islamic Law Studies, 2(2), 17–40.
Arifianto, Y. A., & Santo, J. C. (2020). Memahami hukuman salib dalam perspektif intertestamental sampai dengan perjanjian baru. SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen), 3(1), 43–52. https://doi.org/10.47166/sot.v3i1.20
Coulthard, M., & Johnson, A. (2007). An Introduction to Forensic Linguistics Language in Evidence. Routledge: Routledge Press.
Davidson, M. (2011). The ritual of capital punishment. Criminal Justice Studies, 24(3), 227–240. https://doi.org/10.1080/1478601X.2011.593341
Gilani, N. F. (2009). Should Pakistan abolish or retain capital punishment? Policy Perspectives, 6(2), 133–148. http://www.jstor.org/stable/42909241
Girelli, G. (2021). “Alternative facts”: Public opinion surveys on the death penalty for drug offences in selected Asian countries. International Journal of Drug Policy, 92, 103155. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.drugpo.2021.103155
Godcharles, B. D., Rad, J. D. ., Heide, K. M., Cochran, J. K., & Solomon, E. P. (2019). Can empathy close the racial divide and gender gap in death penalty support? Behavioral Sciences & the Law. 37(1), 16-37. https://doi.org/10.1002/bsl.2391
Govier, T. (1985). A Practical Study of Argument. Wadsworth Pub. Co.
Halliday, M. A. K., & Hasan, R. (1992). Bahasa, Konteks, dan Teks. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Haney, C., Zurbriggen, E. L., & Weill, J. M. (2022). The continuing unfairness of death qualification: Changing death penalty attitudes and capital jury selection. Psychology, Public Policy, and Law, 28, 1–31. https://doi.org/10.1037/law0000335
Hati, A. A. I. D. P., Yuliartini, N. P. R., & Mangku, D. G. S. (2019). Tinjauan yuridis terkait permohonan suntik mati (Euthanasia) ditinjau dari kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jurnal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha, 2(2), 134–144. https://doi.org/10.23887/jatayu.v2i2.28779
Hynd, S. (2012). Murder and mercy: Capital punishment in colonial Kenya, ca. 1909—1956. The International Journal of African Historical Studies, 45(1), 81–101. https://www.jstor.org/stable/23267172
Jiang, S., & Wang, J. (2008). Correlates of support for capital punishment in China. International Criminal Justice Review, 18(1), 24–38. https://doi.org/10.1177/1057567708315654
Jouet, M. (2022). Death penalty abolitionism from the enlightenment to modernity. American Journal of Comparative Law. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3733016
Keraf, G. (1982). Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia.
Khairunisa, K., & Ravena, D. (2021). Analisis hambatan pelaksanaan eksekusi pidana mati pada pelaku tindak pidana peredaran narkotika di dalam lembaga pemasyarakatan dihubungkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 107/PUU-XIII/2015. Jurnal Riset Ilmu Hukum, 1(1), 15–20. https://doi.org/10.29313/jrih.v1i1.59
Kramer, E., & Stoicescu, C. (2021). An uphill battle: A case example of government policy and activist dissent on the death penalty for drug-related offences in Indonesia. International Journal of Drug Policy, 92, 103265. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.drugpo.2021.103265
Liu, J. Z. (2021). Public support for the death penalty in China: Less from the populace but more from elites. The China Quarterly, 246. https://www.cambridge.org/core/journals/china-quarterly/article/public-support-for-the-death-penalty-in-china-less-from-the-populace-but-more-from-elites/49EFE637D066CCFB7C7ED709C1B58893
Lon, Y. S. (2020). Penerapan hukuman mati di Indonesia dan implikasi pedagogisnya. KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasii, 14(1), 47–55. https://doi.org/10.22225/kw.14.1.2020.47-55
Mahsun. (2018). Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks dalam Analogi DNA. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
McCarthy, D., & Brunton-Smith, I. (2022). Attitudes towards the death penalty: An assessment of individual and country-level differences. European Journal of Criminology, 0(0), 1–24. https://doi.org/10.1177/14773708221097670
McMenamin, G. R. (2002). Forensic linguistics-advances in forensic stylistics. The British Journal of Psychiatry, 111.
Mufida, A. (2020). Polemik pemberian hukuman mati pelaku korupsi di tengah pandemi covid-19. ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan, 4(1), 223–230.
Renkema, J. (2004). Introduction to Discourse Studies. John Benjamins Publishing Company.
Sabriseilabi, S., Williams, J., & Sadri, M. (2022). How does race moderate the effect of religion dimensions on attitudes toward the death penalty? In Societies (Vol. 12, Issue 2). https://doi.org/10.3390/soc12020067
Shabrina, S. N., Setiawan, & Setiawan, T. (2022). Analisis teks hoaks seputar informasi bank: Kajian bahasa perspektif analisis wacana kritis dan linguistik forensik. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 8(2), 492–507. https://doi.org/10.22219/kembara.v8i2.21478
Sinulingga, R., & Sugiharto, R. (2020). Studi komparasi sanksi pidana pembunuhan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan Hukum Islam dalam rangka pembaharuan Hukum Pidana. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 1(1), 31–43.
Slobogin, C. (2009). Capital Punishment and Dangerousness BT-Mental Disorder and Criminal Law: Responsibility, Punishment and Competence (R. F. Schopp, R. L. Wiener, B. H. Bornstein, & S. L. Willborn (eds.); pp. 119–133). Springer New York. https://doi.org/10.1007/978-0-387-84845-7_5
Strazny, P. (2005). Encyclopedia of Linguistics. Fitzroy Dearborn.
Toulmin, S. (2003). The Uses of Argument. Cambridge: Cambridge University Press.
Walton, D. (2006). Fundamentals of Critical Argumentation. Cambridge: Camdrige University Press.
Walton, R. E., & Torabinejad, M. (2002). Principles and Practice of Endodontics. W.B. Saunders Company.
Wu, S. (2021). The effect of wrongful conviction rate on death penalty support: A research note. Journal of Experimental Criminology, 18, 871–884. https://doi.org/10.1007/s11292-021-09467-w
Yelderman, L. A., & West, M. P. (2019). Death penalty decision‐making: Fundamentalist beliefs and the evaluation of aggravating and mitigating circumstances. Legal and Criminological Phsychology, 24(1). 103-122. https://doi.org/10.1111/lcrp.12141
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Authors who publish with The KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal) agree to the following terms:
Articles are published under the Creative Commons Attribution 3.0 Unported License (CC-BY 3.0).
Under the CC-BY license, authors retain ownership of the copyright for their article, but authors grant others permission to use the content of publications in KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal) in whole or in part provided that the original work is properly cited. Users (redistributors) of KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya are required to cite the original source, including the author's names, KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal) as the initial source of publication, year of publication, volume number and DOI (if available).
Authors may publish the manuscript in any other journal or medium but any such subsequent publication must include a notice that the manuscript was initially published by KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal).
Authors grant KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal) the right of first publication. Although authors remain the copyright owner, they grant the journal the irrevocable, nonexclusive rights to publish, reproduce, publicly distribute and display, and transmit their article or portions thereof in any manner.