Identitas Lokal Masyarakat Etnik Panaragan

Authors

  • Yusuf Adam Hilman Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
  • Ekapti Wahjuni Dwijayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo
  • Khoirurrosyidin Khoirrurosyidin Universitas Muhammadiyah Ponorogo

DOI:

https://doi.org/10.22219/sospol.v6i1.8948

Keywords:

Dialect, Ethnic Panaragan, Local identity, Reyog, Warok.

Abstract

People of Ponorogo is believed to have mystical or supernatural abilities. Public perception understands the character of Ponorogonese as Warok who tends to speak assertive, open, and rude. Warok is the one of antagonist theatrical drama player of Reyog. Negative stigma arises based on the lack of public understanding of the history of Paragan culture. Panaragan's identity actually has noble cultural values. This paper aims to identify Panaragan ethnic identity, in greater depth based on its distribution of settlement, art performance, patterns of interaction, language, and the practice of visualizing identity and characteristics in public spaces. The descriptive qualitative method was applied through data collection from the results of literature studies and observations. Data analysis through triangulation techniques was sourced from literature review of journals, books, and documentation obtained in the field. Panaragan ethnic local identity is influenced by, 1) Reyog performance art that popularized the figure of Warok as a powerful and influential person. In Javanese society, the term Warok is identical to Wewarah, which is understood as someone who is able to teach others about a good life. In the understanding of Islam, wara’ is a social status for those who take the Sufi path. Unfortunately, during the era of colonialism, the figure of Warok was constructed into an image that was used to frightening people and maintain the ruler authority; 2) The Panaragan dialect 'Warokan' is spoken in a straightforward and assertive manner with high intonation which is the influence of art performance Reyog's diction and language style. On the other hand, cultural construction through visual arts symbols and Panaragan cultural performances represent the character of the Ponorogo indigenous people who are persistent, independent, brave, and adventurous.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Yusuf Adam Hilman, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Ilmu Pemerintahan

Ekapti Wahjuni Dwijayanti, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Ilmu Pemerintahan

Khoirurrosyidin Khoirrurosyidin, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Ilmu Pemerintahan

References

Achmadi, A. (2014). Aksiologi Reyog Ponorogo Relevansinya dengan Pembangunan Karakter Bangsa. Teologia, 3 - 27.

Achmadi, A. (2013). Pasang Surut Dominasi Islam terhadap Kesenian Reog Ponorogo. Analisis (Studi Keislaman), 111-134.

Achzarivien. (2014). Lelewa Lan Pamilihe Tembung Basa Warok Ponorogo. Jurnal Online Baradha, 1-6.

Aji Akbar Titimangsa, J. C. (2013). Kajian Karakteristik, Persebaran dan Kebijakan Reog Ponorogo di Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur. Bumi Indonesia , 1-10.

Brata, I. B. (2016). Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Budaya Lokal. Bakti Saraswati , 9 - 16.

Campbell, C. (2009). Health, Healing and the Quest for Wellbeing in Ponorogo Regency, East Java. English: University of Newcastle.

Diamastuti, E. (2011). Paradigma Ilmu Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis. Akuntansi , 61 - 74.

Dwijayanto, A., & Rohmatulloh, D. M. (2018). Ponorogo, the Little Java: Potret Kebudayaan Dan Keberagamaan Masyarakat Muslim Ponorogo Abad XX. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan , 1 - 31.

Fajarini, U. (2014). Peran Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Sosio Didaktita , 123 - 130.

Fauzia, I. Y. (2009). Menguak konsep kebersandingan fethullah gulen dan asimilasi budaya tariq ramadhan. Studi Keislaman Islamica, 3(2), 1–19. http://doi.org/http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/45

Harsono, J., & Santoso, S. (2016). Sosiologi Masyarakat Ponorogo. Ponorogo: UMPO Press.

Hasanah, U. (2012). Bathara Katong, Reyog Ponorogo, dan Penyebaran Islam di Jawa. IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya , 231-241.

Hidayat, D. N. (2002). Metode Penelitian dalam sebuah "Multi Paradigma Science. Mediator , 197 - 220.

Humaeni, A. (2015). RRitual, Kepercayaan Lokal, dan Identitas Budaya Masyarakat Ciomas Banten. el - Harakah , 157 - 181.

Indrariani, E. A. (2013). Jejak Bahasa Jawa Samin Klopoduwur Blora (Sebuah Rekaman SInkronis). Sasindo: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , 1 - 12.

Jayant, D., & Herawati, E. N. (2018). Eksistensi Tari Keling Guno Joyo di Dusun Mojo Desa Singgahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Mangenjali (Pendidikan Seni Tari) , 1 - 10.

Kanzunnudin, M. (2017). Menggali Nilai dan Fungsi Cerita Rakyat Sultan Hadirin dan Masjid Wali At - Taqwa Loram Kulon Kudus. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra , 1 - 17.

Kencanasari, L. S. (2009). Warok dalam Sejarah Kesenian Reog Ponorogo (Perspektif Eksistensialisme). Jurnal Filsafat UGM , 179 - 198.

Khaliesh, H. (2014). Arsitektur Tradisional Tionghoa, Tinjauan Terhadap Identitas, Karakter Budaya dan Eksistensinya. Arsitektur : Langkau Betang , 86 - 99.

Khoirurrosyidin. (2014). Dinamika Peran Warok Dalam Politik di Ponorogo. Jurnal Humanity , 25-37.

Krismawati, N. U. (2018). Eksistensi Warok Dan Gemblak di tengah Masyarakat Muslim Ponorogo Tahun 1960-1980. Religio (Jurnal Studi Agama - agama) , 116-138.

Kusuma, I., & Suryadi, M. (2019). Reflection on the Meaning of Local Wisdom in Utawen Poetry at Gebang Tinatar Islamic Boarding School Tegalsari Ponorogo. Prosiding Seminar Nasional Linguistiks dan Sastra (SEMANTIKS) 2019 “Kajian Linguistik pada Karya Sastra” (pp. 593 - 605). Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.

Leni, N. (2012). Demokrasi dan Budaya Politik Lokal di Jawa Timur menurut R. Zuhro dkk. Tapis (Teropong Aspirasi Politik Islam) , 15-37.

Matondang, A., Lubis, Y. A., & Suharyanto, A. (2018). Eksistensi Budaya Lokal Dalam Usaha Pembangunan Karater Siswa Smp Kota Padang Sidimpuan. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya , 103 - 116.

Mayono. (2007). Reog Kemasan sebagai Aset Pariwisata Unggulan kabupaten Ponorogo (The Packes Reog as the high tourism of Ponorogo residence). Harmonia (Jurnal Pengetahuan Pemikiran Seni) , 158-168.

Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Manajemen dan Kewirausahaan , 123 - 136.

Nanda Cahyo Setiaji, M. H. (2018). Kajian Makna Simbolis Patung dan Monumen di Kabupaten Ponorogo Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Lokal. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya , 59 - 74.

Nugroho, O. c. (2015). Interaksi simbolik dalam komunikasi budaya (Studi Analisis Fasilitas Publik Di Kabupaten Ponorogo) . Aristo , 1 - 18.

Nurdianto, S. A. (2018). Ponorogo: Menggali Jati Diri Untuk Membangun Harmoni (Saifuddin. Jantra : Jurnal Sejarah dan Budaya , 1 - 9.

Nurmayanti, Y., Wulandari, L. D., & Nugroho, A. M. (2017). Perubahan Ruang Berbasis Tradisi Rumah Jawa Panaragan di Desa Kaponan. Arsitektur : Langkau Betang , 31 - 43.

Pattinama, M. J. (2009). Pengentasan kemiskinan dengan kearifan lokal (Studi Kasus di Pulau Buru - Maluku dan Surade Jawa Barat). Makara : Sosial Humaniora , 1 - 12.

Priyatna, F. N., Kinseng, R. A., & Satria, A. (2013). Akses dna Strategi aktor - aktor dalam Pemanfaatan sumber daya Waduk Juanda. Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan , 1 - 9.

Purwati, E. (2013). (Studi Fenomenologi pada Masyarakat Kabupaten Ponorogo dalam Program Acara Dangdut Ponoragan di Radio Duta Nusantara). ARISTO , 91 - 107.

Ruswananta, S. P., & Trilaksana, A. (2019). Kesenian Tari Gajah-gajahan Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Avatara, Pendidikan Sejarah , 90 - 100.

Setiawan, E. (2016). Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut di Muncar Bnayuwangi. Universum , 229 - 237.

Sugianto, A. (2015). Kajian Etnolinguistik Terhadap Pribahasa Etnik Jawa Panaragan Sebuah Tinjauan Pragmatik Force. Seminar Nasional Prasasti II : Kajian Pragmatik dalam Berbagai Bidang" (pp. 51 - 55). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sugianto, A. (2016). Kebudayaan Masyarakat Jawa Etnik Panaragan. ARISTO, 45 - 52.

Suharto. (2003). Membangun Identitas Kebudayaan. Jember: Universitas Negeri Jember.

Taufiq, A. (2012). Bathara Katong, Reyog Ponorogo, dan Penyebaran Islam di Jawa. IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya , 231-241.

Titimangsa, A. A., & Christanto, J. (2014). Kajian KarakteristikPersebaran dan Kebijakan Reog Ponorogo di Kabupaten Ponorogo. Bumi Indonesia , 1 - 10.

Wahyudiyanto. (2013). Reyog Ponorogo (Festival Reyog Nasional dalam Garap Bentuk dan Unsur Pertunjukan Reyog Ponorogo Serta Pesan yang Disampaikan). TEROB (Pengkajian dan Penciptaaan Seni), 12-33.

Wiranata, A. D., & Nurcahyo, A. (2018). Peranan Gemblak Dalam Kehidupan Sosial Tokoh Warok Ponorogo. Agastya , 94 - 106.

Yurisma, D. Y. (2019). Kesenian Tradisi Reog Sebagai Pembentuk Citra Ponorogo. Visualita , 1 - 15.

Downloads

Published

2020-06-08

How to Cite

Hilman, Y. A., Dwijayanti, E. W., & Khoirrurosyidin, K. (2020). Identitas Lokal Masyarakat Etnik Panaragan. Sospol, 6(1), 98–113. https://doi.org/10.22219/sospol.v6i1.8948