Pamole’ Beo’: Pesta syukur padi petani ladang Dayak Tamambaloh di Kalimantan Barat

Authors

  • Efriani Efriani Universitas Tangjungpura
  • Haunan Fachry Rohilie Universitas Tanjungpura
  • Nahot Tua Parlindungan Sihaloho Universitas Tanjungpura
  • Dea Varanida Universitas Tanjungpura

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v5i2.17938

Keywords:

Berladang, Upacara Syukur, Dayak Tamambaloh, Pamole’ beo’

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena diinkulturasikannya upacara syukur panen padi (Pamole’ Beo’) masyarakat Dayak Tamambaloh dengan perayaan Pentakosta Gereja Katolik, serta telah dijadikan ajang festival budaya. Fenomena ini tentu menunjukkan terdapatnya nilai-nilai luhur pada upacara Pamole’ Beo’. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi nilai-nilai warisan budaya takbenda pada upacara Pamole’ Beo’ Dayak Tamambaloh. Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan wawancara mendalam dengan pendekatan etnografis. Penelitian ini, menunjukkan bahwa upacara Pamole’ Beo’ merupakan bagian dari ritus kehidupan  berladang Dayak Tamambaloh. Ritus berladang ini dimulai dan diakhir dengan upacara Pamole’ Beo’ sebagai bentuk memanggil beo’ atau pertanda-pertanda yang baik dan mengembalikan atau membuang beo’ yang buruk. Berladang dan upacara Pamole’ Beo’ pada etnis Dayak Tamambaloh memiliki nilai-nilai yang luhur, yakni memperkuat ikatan sosial, menjaga kelestarian lingkungan alam, mentransmisi sistem pengetahun tradisional, mentransmisikan nilai-nilai karakter, nilai-nilai filosofi serta menjaga ketahanan pangan keluarga. Pemerintah Indonesia melalui instansi terkait, sangat penting untuk melakukan pencatatan dan penetapan Pamole’ Beo’ sebagai warisan budaya takbenda pada Etnis Dayak Tamambaloh, terutama karena sifatnya yang dinamis, retan untuk punah.       

 

The background of this study is the phenomenon that the rice harvest thanksgiving ceremony (Pamole' Beo') in Dayak Tamambaloh has been inculturated with the Pentecostal celebration of the Catholic Church, and has become a cultural festival. This phenomenon has certainly shown the existence of noble values ​​at the Pamole' Beo' ceremony. Therefore, this study aims to explore the values ​​of intangible cultural heritage at the Pamole' Beo' Dayak Tamambaloh ceremony. The research has been carried out by direct observation and in-depth interviews with an ethographic approach. This study, has shown that the Pamole' Beo' ceremony is part of the rite of life in the Dayak Tamambaloh farm. This farming rite begins and ends with the Pamole' Beo' ceremony as a form of calling Beo' or good omens, and returning or removing bad omens. Farming and the Pamole' Beo' ceremony in the Tamambaloh Dayak ethnic have noble values, namely strengthening social bonds, preserving the natural environment, transmitting traditional knowledge systems, transmitting character values, philosophical values ​​and maintaining family food security. The Indonesian government, through the relevant agencies, is very important to record and stipulate the Pamole 'Beo' as an intangible cultural heritage of the Tamambaloh Dayak Ethnic, mainly due to its dynamic nature, prone to extinction.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Agus, A. Y., Arjani, N. L., & Darmana, I. K. (2018). Ritual Penti Pada Masyarakat Desa Ndehes, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud, 22(1), 166–173. https://doi.org/10.24843/jh.2018.v22.i01.p26

Ande, A., Gabriel, N. S., & Mali, M. (2014). Pa’ol Sera: Upacara Syukuran Panen Dalam Tradisi Orang Kewar Di Belu. Jurnal Sejarah, 10(1), 16–31.

Arizpe, L. (2004). Intangible cultural heritage, diversity and coherence. Museum International, 56(1–2), 130–136. https://doi.org/10.1111/j.1350-0775.2004.00467.x

Ayu, M. R. (2017). Sistem Perlindungan Sumber Daya Budaya Tak Benda Di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Mimbar Hukum, 29(2), 205. https://doi.org/10.22146/jmh.16671

Bonn, M., Kendall, L., & McDonough, J. (2016). Preserving intangible heritage: Defining a research agenda. Proceedings of the Association for Information Science and Technology, 53(1), 1–5. https://doi.org/10.1002/pra2.2016.14505301009

Chawla, D. (2017). Ethnography / Ethnographic Methods. https://doi.org/10.1002/9781118901731.iecrm0090

Denzin, N. K., & Lincoln Y. S. (1994). Introduction Entering the Field of Qualitative Research. In N. K. D. & Y. S. Lincoln (Ed.), Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.

Dewantara, J. A., Efriani, S., & Prasetiyo, W. H. (2020). Optimization of Character Education Through Community Participation Around The School Environment ( Case Study in Lab School Junior High School Bandung ). Jurnal Etika Demokrasi, 5(1), 53–66. https://doi.org/https://doi.org/10.26618/jed.v5i1.3017

Dewi, N. W. A. K., Sarjana, I. P., & Wibawa, I. P. S. (2020). Pelestaria Subak Sembung Melalui Pendekatan Hukum Tradisioal di Desa Penguyangan Kaje. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1(2), 12–20. Retrieved from https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/hkb/article/view/1083/699

Djafar, A. (2019). Pekan Gawai Dayak Jadi Agenda Tahunan di Pontianak. Gatra.Com. Retrieved from https://www.gatra.com/detail/news/417417/lifestyle/pekan-gawai-dayak-jadi-agenda-tahunan-di-pontianak

Dollu, E. B. S. (2020). Modal Sosial Modal sosial:Studi tentang Kumpo Kampo sebagai Strategi Melestarikan Kohesivitas Pada Masyarakat Larantuka di Kabupaten Flores Timur. Jurnal Warta Governare, 1(1), 59–72. Retrieved from https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102295-%0A5.10865-0%0D

Efriani. (2021). Religi Nenek Moyang Dayak Tamambaloh dan Perkembangannya. Buddayah : Jurnal Pendidikan Antropologi, 3(1), 1–11. Retrieved from https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bdh

Efriani, E., Dewantara, J. A., Utami, D., & Listyaningrum, I. (2020). Ekologi Tradisional Dayak Tamambaloh. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(3), 503–514. https://doi.org/10.14710/jil.18.3.503-514

Elyta, E. (2021). Gawai Dayak Festival and the Increase of Foreign Tourist Visits. Jurnal Global & Strategis, 15(1), 167–186. https://doi.org/10.20473/jgs.15.1.2021.167-186

Fetterman, D. M., (2010). Ethnography; step-by-step (Third Edit). America: SAGE.

Martono, D. J. A., Efriani, & Prasetiyo, W. H. (2021). The national identity on the border : Indonesian language awareness and attitudes through multi ‐ ethnic community involvement. J Community Psychol, 1–15. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/jcop.22505

Miles, B. M., & Huberman, A. M. (1994). An expanded sourcebook Qualitative data analysis (Second Edi). London: Sage Publications, Inc.

Praptanya, D. B., Efriani, E., & Dewantara, J. A. (2020). Dange: Synchronization Of The Catholic Church With Dayak Culture Of Kayan Mendalam. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 22(2), 45–54. https://doi.org/10.14203/jmb.v22i2.1076

Pratama, R. B., & Nurcahyo, A. (2019). Kajian Sosioreligi Nilai-Nilai Upacara Aruh Baharin Dalam Masyarakat Dayak Meratus Halong Kabupaten Balangan Sebagai Sumber Pembelajaran Nilai Berbasis Multikultural. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(1), 94. https://doi.org/10.25273/ajsp.v9i1.3640

Purba, E. A. B., & Febrianto, A. (2020). Pesta Kerja Tahun Masyarakat Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Culture & Society: Journal of Anthropological Research, 2(2), 88–97. https://doi.org/https://doi.org/10.24036/csjar.v2i2.66 Pesta

Purba, E. J., Putra, A. K., & Ardianto, B. (2020). Perlindungan Hukum Warisan Budaya Tak Beda Berdasarkan Convention for The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage 2003 dan Penerapannya di Indonesia. Uti Possidetis: Journal of International Law, 1(1), 90–117. https://doi.org/doi.org/10.36565/up.v1i1.8431

Pusat Data dan Teknologi Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Statistisk Kebudayaan 2021. Retrieved from http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_CC4179A6-B4FF-4E0C-809B-5CADD9132AB5_.pdf

Puspitasari, R., & Fatimah, J. M. (2016). Makna Pesan Simbolik Non Verbal Tradisi Mappadendang di Kabupaten Pinrang. Jurnal Komunikasi KAREBA, 5(2), 331–348. Retrieved from https://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/1911/1069

Putra, T. A. H. P. (2017). Kearifan Lokal Upacara Larungan Telaga Ngebel. Jurnal Civic Hukum, 2(November), 65–77. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum

Ramadani, Y., & Qommaneeci, A. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Kenduri Sko (Pesta Panen) Terhadap Perekonomian Dan Kepercayaan Masyarakat Masyarakat Kerinci, Provinsi Jambi. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 20(1), 71. https://doi.org/10.25077/jantro.v20.n1.p71-83.2018

Rope, R. (2013). Karakteristik sistem pertanian alami (Natural Farming) padi ladang di Kecamatan Morotai Timur. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 6(1), 37. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.6.1.37-51

Sejati, D. F. (2015). Seleh Taun Mapag Tau, Pesta panen ala sunda. Jakarta: Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Su, J. (2018). Conceptualising the subjective authenticity of intangible cultural heritage. International Journal of Heritage Studies, 24(9), 919–937. https://doi.org/10.1080/13527258.2018.1428662

Sulistiyono, I. (2015). Ken-Duren Wonosalam (Studi Deskriptif: Makna Ken-Duren Wonosalam pada Masyarakat Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang). Jurnal AntroUnairdotNet, 4(1), 77–85. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/AUN@ken-duren-wonosalam--(studi-deskriptif--makna-ken-duren-wonosalam-pada-masyarakat-kecamatan-wonosalam,-kabupaten-jombang)-article-8742-media-134-category-8.html

Sutiana, W. (2021, June 2). Buka Pekan Gawai Dayak Ke XXXV, Wagub Kalbar Ajak Jaga Persatuan Dalam Perbedaan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Retrieved from https://kalbarprov.go.id/berita/buka-pekan-gawai-dayak-ke-xxxv-wagub-kalbar-ajak-jaga-persatuan-dalam-perbedaan.html

Van Zanten, W. (2004). Constructing new terminology for intangible cultural heritage. Museum International, 56(1–2), 36–44. https://doi.org/10.1111/j.1350-0775.2004.00456.x

Wina, P., & Habsari, N. T. (2017). Peran Perempuan Dayak Kanayantn dalam Tradisi Upacara Naik Dango (Studi di Desa Padang Pio Kecamatan Banyuke Hulu Kabupate Ladak Kalimantan Barat). JURNAL AGASTYA, 7(1), 104–126. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/view/1063

Yogi, I. B. P. P. (2018). Padi Gunung Pada Masyarakat Dayak, Sebuah Budaya Bercocok Tanam Penutur Austronesia (Melalui Pendekatan Etnoarkeologi). Forum Arkeologi, 31(1), 45. https://doi.org/10.24832/fa.v31i1.456

Yuliamalia, L. (2019). Tradisi Larung Saji Sebagai Upaya Menjaga Ekosistem Di Wisata Telaga Ngebel Ponorogo (Studi Literatur). Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(2), 135. https://doi.org/10.25273/ajsp.v9i2.3878

Downloads

Published

2021-10-31

How to Cite

Efriani, E., Rohilie, H. F. ., Sihaloho, N. T. P. ., & Varanida, D. (2021). Pamole’ Beo’: Pesta syukur padi petani ladang Dayak Tamambaloh di Kalimantan Barat. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(2), 229–240. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i2.17938

Issue

Section

Original Research