Tari Greget Sawunggaling sebagai ikon kota Surabaya
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v6i1.19247Keywords:
Identitas, Bentuk, Greget Sawunggaling, NilaiAbstract
Surabaya sebagai bagian dari etnis Arek memiliki budaya yang beragam dan khas, salah satunya dalam seni tari terdapat tari Greget Sawunggaling yang menjadi ikon kota Surabaya. Sebagai visualisasi tokoh Sawunggaling yang menjadi ikon kota memunculkan rumusan masalah bagaimana fenomena pada tari Greget Sawunggaling sehingga menjadi ikon kota dan mengapa tari Greget Sawunggaling dapat menjadi ikon kota. Dari rumusan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fenomena Greget Sawunggaling sehingga menjadi ikon kota dan menjabarkan alasan tari Greget Sawunggaling dapat menjadi ikon kota Surabaya. Adapun metode pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif melalui kajian identitas. Metode untuk mengecek keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data di mana dalam pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi, serta observasi. Hasil dari penelitian ini sebagai kajian interdisiplin dikupas secara teks maupun konteks kajian tari. Dalam teks ditemukan adanya karakterisasi dari transformasi Remo gaya Suroboyoan dan pemaknaan simbol bentuk sajian yang dilihat secara ikonografis maupun semiotika. Secara kontekstual dikupas dari historis fenomenologi dan nilai-nilai yang sesuai dengan pandangan hidup Arek Suroboyo yang meliputi nilai kepahlawanan, Pendidikan, dan ketrampilan yang menjadikan tari ini sebagai ikon kota Surabaya. Kesimpulan penelitian ini adalah kesesuaian tokoh Sawunggaling yang diangkat dalam karya tari ini dengan karakter dan pandangan hidup arek Suroboyo sehingga dapat menjadi identitas budaya.
Surabaya as part of the Arek ethnic group has a diverse and distinctive culture, one of which is the Greget Sawunggaling dance which is an icon of the city of Surabaya. As a visualization of the Sawunggaling character who became an icon of the city, it raises the formulation of the problem of how the phenomenon in the Greget Sawunggaling dance becomes an icon of the city and why the Greget Sawunggaling dance can become an icon of the city. From this formulation, the purpose of this research is to reveal the phenomenon of Greget Sawunggaling so that it becomes an icon of the city and to describe the reasons why Greget Sawunggaling dance can become an icon of the city of Surabaya. The method of this research approach is descriptive through identity studies. The method to check the validity of the data is done by triangulation of data where the data collection is done by interviews and documentation, as well as observation. The results of this study as an interdisciplinary study are described in the text and context of dance studies. In the text, it is found that there is a characterization of the Remo transformation in the Suroboyoan style and the meaning of the symbol of the form of the dish which is seen both iconographically and semiotically. Contextually, it is analyzed from historical phenomenology and values that are in accordance with Arek Suroboyo's view of life which includes the values of heroism, education, and skills that make this dance the city of Surabaya. The conclusion of this study is in accordance with the Sawunggaling character who was appointed in the work of art with the character and way of life of the Suroboyo arek so that it can become a cultural identity.
Downloads
References
Alwasilah, C. (2002). Pokoknya kualitatif : dasar-dasar merancang dan melakukan penelitiaan kualitatif / A. Chaedar Alwasilah | OPAC Perpustakaan Nasional RI.
Andina., Sugiharto., & Imamudin. (2020). Nilai Kepahlawanan Dalam Serat Kridhawasita (Kajian Filologi). Alfabeta. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya. 3 (1). 56-62. https://doi.org/10.33503/alfabeta.v3i1.727
Anggraini, R. A. (2014). https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1067/6/BAB%20II.pdf
Azizah, L. N., Megasari., & Faidah, U. (2021). Kajian Bentuk dan Makna Tata Rias Tari Reyog Tulungagung. Jurnal Tata Rias. 10 (3), 49-59. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article/view/42952
Barthes, R. (2007). Membedah mitos-mitos budaya massa : semiotika atau sosiologi tanda, simbol dan representasi / karya Roland Barthes ; penerjemah, Ikramullah Mahyuddin, Annete Laver; editor, Yosal Iriantara, Dede Lilis CH, Subandy | OPAC Perpustakaan Nasional RI.
Benny, H. H. (2011). Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Beji Timur.
Brandon, J. R. (1967). Theatre in Southeast Asia. Harvard University Press.
Gao, Z., Zhang, T., & Stodden, D. (2013). Children’s physical activity levels and psychological correlates in interactive dance versus aerobic dance. Journal of Sport and Health Science. https://doi.org/10.1016/j.jshs.2013.01.005
Hadi, S. (2007). Kajian Tari: Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Hall, S. (1997). Undoing Place? Chapter Cultural Identity and Diaspora. Routledge.
Hendra, D. F. (2018). Tari Inla Membangkit Nilai Spiritualitas Manusia dengan Pendekatan Etnokoreologi. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni. 3(2), (149-165). http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPKS/article/view/4578
Hermansyah, T. M. P. (2020). Bentuk Penyajian Tari Warak Dugder di TMII Tahun 2008. Digilib. Isi.ac.id. Pengkajian Tari ISI Yogyakarta.
Jorgensen, E. (2003). Transforming Music Education: 9780253215604: Amazon.com: Books.
Juwariyah, A. (2021). Bentuk Pertunjukan, Fungsi dan Makna Tari Pentoel Tembem Dalam Prosesi Ritual Nyadran Desa Sonoageng Kabupaten Nganjuk. APRON: Pemikiran Seni Pertunjukan. 9(1). 1-17. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/apron/article/view/40371
Karoso, S. (2020). Tari Remo di Sanggar Raff Dance Company Surabaya. Elementa. Junal Pendidikan Guru Sekolah dasar STKIP PGRI Banjarmasin. 2 (2). 353-359. https://doi.org/10.33654/pgsd.v2i2.1208
Liliweri, A (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKIS
Lubis, H. (2000). Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda. Michigan: Humaniora Utama Press.
Makmur, S. (2008). Pemberdayaan sumber daya manusia dan efektivitas organisasi : Kajian penyelenggaraan pemerintahan desa. Jakarta: RajaGrafindo.
Malaka, T. (1951). Madilog. Jakarta: Widjaya.
Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murgiyanto, S. (1983). Seni Menata Tari. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Murodhi. (2016). Pendidikan, Nilai-Nilai Pendidikan, Belajar, dan Media Pembelajaran. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6624/3/BAB%20II.pdf
Narawati, T. (2003). Wajah tari Sunda dari masa ke masa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional.
Rosyid, M. (2012). Penanaman Nilai Kepahlawanan Dalam Pendidikan Dengan Memanfaatkan Data Sejarah. Edukasia Islamika, 10(1). 43-66. http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/forumtarbiyah/article/view/372
Santosa. (2011). Komunikasi seni : aplikasi dalam petunjukan gamelan. Surakarta: ISI Press.
Sofianidis, G., Hatzitaki, V., Douka, S., & Grouios, G. (2009). Effect of a 10-week traditional dance program on static and dynamic balance control in elderly adults. Journal of Aging and Physical Activity. https://doi.org/10.1123/japa.17.2.167
Suyide. (2013). Rekrutmen Politik Kepala Daerah Kota Surabaya 2010 (Studi Dinamika Rekrutmen Politik Calon Walikota Surabaya di Internal DPC PDI-Perjuangan). Skripsi Sarjana. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wahyudiyanto. (2022). Tari Ngrema Sejarah, Teknik, Kinestetik dan Bentuk Estetik. Surabaya: Revka Prima Media
Wallace, R. A., & Wolf, A. (1986). Contemporary sociological theory : continuing the classical tradition. Pearson College Div
Wiessner, P. (1983). Style and Social Information in Kalahari San Projectile Points. American Antiquity, 48(2), 253–276. https://doi.org/10.2307/280450
Zustiyantoro, D. (2012). Aja kaget, Aja Panik, Apalagi Nekat. Esai Budaya di kolom “Pamomong” Harian Suara Merdeka.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Hanidar Fejri Diagusty, Setyo Yanuartuti, Eko Wahyuni Rahayu
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)