Implementasi nilai dalam Wahyu Kliyu di masyarakat Desa Kendal Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v6i1.19294Keywords:
Budaya Lokal, Nilai Dalam Masyarakat, Tradisi Wahyu KliyuAbstract
Wahyu Kliyu merupakan salah satu tradisi Masyarakat Desa Kendal yang masih lestari. Wahyu Kliyu memuat nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) endeskripsikan prosesi tradisi Wahyu Kliyu sebagai implementasi nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat Desa Kendal Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, (2) mendeskripsikan implementasi nilai kegotongroyongan masyarakat Desa Kendal Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, dan (3) memaparkan fungsi tradisi Wahyu Kliyu terhadap kehidupan sosial masyarakat Desa Kendal Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh sesepuh desa, kepala desa, perangkat desa, tokoh masyarakat. Pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan, dan menelaah dokumen. Analisis data secara kualitatif. Penelitian menemukan penduduk Desa Kendal Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar masih melaksanakan tradisi Wahyu Kliyu yang diadakan setiap setaun sekali sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dengan melempar apem. Nilai dalam tradisi merupakan implementasi kegotongroyongan, seperti peduli, sikap tenggang rasa, tolong menolong. Fungsi dari tradisi Wahyu Kliyu, di antaranya: 1) sebagai bukti kearifan lokal, 2) Sebagai bentuk pengakuan dari negara untuk warga desa kendal khususnya dan masyarakat kabupaten Karanganyar pada umumnya, 3) Sebagai budaya setempat yang perlu dilestarikan, 4) Wadah untuk mempererat persaudaraan dan silaturahmi. Wahyu Kliyu dilakukan turun temurun untuk mengharap berkah, menyampaikan syukur, dan memohon keselamatan. Ungkapan syukur kepada Tuhan dengan cara setiap warga Desa Kendal membuat masing-masing 344 apem yang didoakan dan kemudian dimakan bersama.
Wahyu Kliyu is one of the traditions of the Kendal Village Community that is still sustainable. Wahyu Kliyu contains values that can be a guide for human life. This study aims to (1) describe the Wahyu Kliyu tradition procession as an implementation of the values contained in the community of Kendal Village, Jatipuro District, Karanganyar Regency, (2) Describe the implementation of the value of mutual cooperation in Kendal Village, Jatipuro District, Karanganyar Regency, and (3) Describe the function of tradition. Wahyu Kliyu on the social life of the Kendal Village community, Jatipuro District, Karanganyar Regency. This study used descriptive qualitative method. Informants in this study were village elders, village heads, village officials, community leaders. Collecting data by interviewing, observing, and reviewing documents. Qualitative data analysis. The results show that the villagers of Kendal, Jatipuro District, Karanganyar Regency still carry out the Wahyu Kliyu tradition which is held once a year as an expression of gratitude to God by throwing apem. Values in tradition are the implementation of mutual cooperation, such as caring, tolerance, help. The functions of the kliyu revelation tradition include: 1) as evidence of local wisdom; 2) As a form of recognition from the state for Kendal village residents in particular and the Karanganyar district community in general; 3) As a local culture that needs to be preserved; 4) A place to strengthen brotherhood and friendship. Wahyu Kliyu is carried out from generation to generation to hope for blessings, express gratitude, and ask for safety. an expression of gratitude to God by means of each Kendal villager making 344 apem each which is prayed for and then eaten together.
Downloads
References
Admizal, E. F. (2018). Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Admizal 1 , Elmina Fitri 2 1,2). Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 3(I), 163–180.
Asrizal, Armita, P., Putra, A., & Bashori, B. (2020). Tradisi pemberian sumbangan dalam hajatan pernikahan persfektif fiqhul Islam. Teraju, 1(02), 59–72. https://doi.org/10.35961/teraju.v1i02.47
Bagus, I. B. (2016). Kearifan BudayaLokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal Bakti Saraswati. Diakses Pada Hari Minggu 20 Juli 2019. Pukul 00.00 WIB, 05(01), 9–16. https://doi.org/10.1007/s11104-008-9614-4
Echols, J., & Shadily., H. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Gramedia.
Effendi, T. N. (2016). Budaya Gotong Royong Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Saat Ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 1. https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23403
Gustianingrum, P. W., & Affandi, I. (2016). Memaknai Nilai Kesenian Kuda Renggong dalam Upaya Melestarikan Budaya Daerah di Kabupten Sumedang. Journal of Urban Society’s Arts, 3(1), 27–35. https://doi.org/10.24821/jousa.v3i1.1474
Hiliadi, W. (2016). Nilai-Nilai Tradisi Baayun Mulud Sebagai Kearifan Lokal Di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Himawan, W., & Nugroho, B. A. (2014). Visual Tradisi dalam Karya Seni Lukis Kontemporer Sebagai Wujud Artistik Pengaruh Sosial Budaya. Journal of Urban Society’s Arts, 1(2), 99–109. https://doi.org/10.24821/jousa.v1i2.791
Kurniawan, S. (2013). Pendidikan Karakter. AR-Ruzz Media.
Mahsun. (2019). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Raja Grafindo Persada.
Meinarno, E. A., Widianto, B., & Halida, R. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Salemba Humanika.
Moelong, L. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, U., Komisi, I., Pemilihan, K., Utara, A., & Widyanto, A. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Toleransi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Aceh, Indonesia The Internalization of Tolerance in Islamic Education Instruction at Public Senior High School 1 Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. DAYAH: Journal of Islamic Education, 2(1), 36–52. http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/723/665,
Nahak, H. M. . (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76. https://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76
Pitaloka, D. L., Dimyati, D., & Purwanta, E. (2021). Peran Guru dalam Menanamkan Nilai Toleransi pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1696–1705. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.972
Pranadji, T. (2009). Penguatan Kelembagaan Gotong Royong dalam Perspektif Sosio Budaya Bangsa: Suatu Upaya Revitalisasi Adat Istiadat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Gotong Royong Institution Empowerment in the Perspectives of Nation Socio- Culture : Tradition Revitaliza. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 27, 61–712.
Prasetyo, O., & Kumalasari, D. (2021). Nilai-Nilai Tradisi Peusijuek Sebagai Pembelajaran Sejarah Berbasis Kearifan Lokal. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(3), 359–365. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i3.1387
Purba, B., & Muttaqien, C. A. (2021). Komunikasi Sosial Dalam Mempererat Persaudaraan Masyarakat Sunda Di Kota Medan. Network Media, 4(2), 1–19. https://doi.org/10.46576/jnm.v4i2.1402
Rochmadi, N. (2012). Menjadikan nilai budaya gotong-royong sebagai common identity dalam kehidupan bertetangga negara-negara ASEAN. Repository Perpustakaan Universitas Negeri Malang, 9, 40.
Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga. Sosietas, 6(1). https://doi.org/10.17509/sosietas.v6i1.2871
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabetas.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian dan Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.
Sutyitno, I. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Lokal Imam. Jurnal Pendidikan Karakter, 2(1), 1–13. http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1316/1094
Triwardani, R., & Rochayanti, C. (2014). Implementasi Kebijakan Desa Budaya Dalam Upaya Pelestarian Budaya Lokal. Reformasi, 4(2), 102–110. https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/view/56/53
Wahyuningrum, S. (2016). Pengembangan Nilai Cinta Damai Untuk Mencegah Bullying di Sekolah Dalam Rangka Membentuk Karakter Kewarganegaraan (Studi Kasus di SD Negeri Begalon II Surakarta). Jurnal PPKN, 5(1), 1–6. http://ppkn.org/wp-content/uploads/2012/11/Jurnal-PPKn-Vol-5-No-1-Jan-2017.pdf#page=20
Watsiqotul, M. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Sejarah Lokal Tradisi Wahyu Kliyu Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Kecerdasan Ekologi Siswa SMK Negeri Jatipuro Karanganyar. Tesis Universitas Sebelas Maret.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Marlia Ika Asih, Atiqa Sabardila
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)