Narasi tiga masjid kuno Lombok sebagai bahan storytelling pramuwisata

Authors

  • Agusman Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
  • Uwi Martayadi Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.23599

Keywords:

Masjid Kuno Bayan Masjid Kuno Rembiatan Masjid Kuno Gunung Pujut Pariwisata

Abstract

Cerita tiga masjid tersebut masih belum komprehensif sehingga cerita yang ada di masyarakat dan wisatawan tidak tertuju kepada pemahaman nilai-nilai atau filosofi, tetapi menunjukkan versi cerita yang paling benar. Tujuan penelitian untuk menjelaskan narasi tiga masjid kuno dari sisi tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai-nilai atau filosofi yang terkandung sehingga bisa dijadikan sebagai bahan story telling oleh pramuwisata. Metode penelitian yang digunakan kualitatif-deskrptif. Lokasi penelitian ialah di Bayan (tempat masjid kuno Bayan), Rembitan (tempat masjid kuno Rembitan), dan di Gunung Pujut (tempat Masjid kuno Gunung Pujut). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam kepada juru kunci masing-masing masjid kuno mengenai narasi tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai.  Analisis data menggunakan deskriptif dengan menampilkan narasi cerita masjid kuno dari tokoh, ajaran, arsitektural, budaya dan nilai-nilai untuk diinterpretasikan.  Tokoh masjid kuno Bayan Beleq ialah Syekh Abdul Mutering Langit dan Syekh Abdul Mutering Jagat, masjid kuno Rembitan ialah Wali Nyatoq dan masjid kuno Gunung Pujut ialah Mas Mulia. Masjid kuno Bayan Beleq urutan pertama (14 M) dengan ajaran hakikat islam mulai dari syariat, tareka, hakikat dan makrifat, masjid kuno Rembitan urutan kedua (15 M) dengan ajaran tasawuf (hakikat) dan masjid Gunung Pujut urutan ke tiga (16 M) dengan ajaran tasawuf (makrifat). Ketiga masjid memiliki pola pengajaran perpaduan islam dengan budaya sehingga melahirkan wetu telu serta arsitektural dan nilai-nilai juga sama. Narasi tiga masjid kuno bisa dijadikan sebagai bahan story telling melalui penyusunan buku utuh mengenai cerita komprehensif tiga masjid kuno sehingga bisa sebagai acuan oleh pramuwisata dalam menjelaskan segala bentuk dan substansinya kepada wisatawan.       

 

The story of the three mosques is still not comprehensive, so the stories in the community and tourists are not focused on understanding values ​​or philosophy but show the most authentic version. The research objective is to explain the narratives of the three ancient mosques in terms of figures, teachings, architecture, culture, and the values ​​or philosophies contained so that they can be used as storytelling material by tour guides. The research method used is qualitative-descriptive. The research locations are in Bayan (masjid kuno Bayan), Rembitan (masjid kuno Rembitan), and on Mount Pujut (masjid kuno Gunung Pujut). The data collection technique used in-depth interviews with the caretakers of each ancient mosque regarding the narration of figures, teachings, architecture, culture, and values. Data analysis descriptively: displays narrative stories of ancient mosques from sculptures, teachings, architecture, culture, and values ​​to be interpreted. The figures of the masjid kuno Bayan Beleq are Sheikh Abdul Mutering Langit and Sheikh Abdul Mutering Jagat, masjid kuno Rembitan is Wali Nyatoq and masjid kuno Gunung Pujut is Mas Mulia. The first order is masjid kuno Bayan Beleq (14 M) with the teachings of the essence of Islam starting from syariat, tarekat, hakikat dan makrifat, the second order is masjid kuno Rembitan (15 M) with the teachings of Sufism (hakikat) and masjid kuno Gunung Pujut e is the third order (16 M) with the teachings of Sufism (makrifat). The three mosques have a teaching pattern that blends Islam with the culture to give birth to wetu telu, and the architecture and values ​​are also the same. The narrative of the three ancient mosques can be used as storytelling material by compiling a complete book on the comprehensive stories of the three ancient mosques so that they can be used as a reference by tour guides in explaining all forms and substances to tourists.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Afandi, A. (2018). Kepercayaan Animisme-Dinamisme serta Adaptasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Asli di Pulau Lombok-NTB. Historis: Fkip Ummat, 1 (1), 1. https://doi.org/10.31764/Historis.V1i1.202

Agusman, A., & Mahyudi, J. (2021). Mantra Masyarakat Sasak: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Aspek Teologi. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5 (2), 241-253. https://doi.org/10.22219/Satwika.V5i2.17229

Agusman, dkk. (2018). Local Wisdom and Value of Character in Level of Aji Krama at Sasak Wedding Tradition. Isllac : Journal of Intensive Studies on Language, Literature, Art, and Culture, 2 (1),45-53. https://doi.org/10.17977/Um006v2i12018p045

Almaidata, I. dkk. (2013). View of Identifikasi Masjid Kuno Gunung Pujut di Desa Sengkol, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, sebagai Bahan Pengembangan Sumber Belajar Sejarah Lokal.Jurnal pendidikan Sejarah: Widya Winayata, 1 (3), 1-10. https://doi.org/10.23887/jjps.v1i3.1021.

Asmadi, J. (2018). Pola Permukiman Tradisional di Wilayah Masyarakat Hukum Adat Wet Semokan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Planoearth, 3 (2), 67-71. https://doi.org/10.31764/Jpe.V3i2.620

Athhar, Z. Y. (2005). Kearifan Lokal dalam Ajaran Islam Wetu Telu di Lombok. Ulumuna, 9 (1), 70-89. https://doi.org/10.20414/Ujis.V9i1.443

Badcock, C. R. (2008). Levi Strauss: Strukturalisme dan Teori Sosiologi (Rochdi Mohan Nazala (Ed.); Ii). Pustaka Pelajar.

Busyairy, H. L. A. (2016). Akulturasi Budaya dalam Mimbar Masjid-Masjid Kuno Lombok (Studi Arkeologi). El-Tsaqafah:Jurnal Jurusan PBA, 15 (2), 161-170. https://doi.org/10.20414/tsaqafah.v15i2.289

Fakihuddin, L., & Sarwadi, G. (2019). Mantra Sasak: Klasifikasi, Fungsi, dan Penggunaannya Oleh Masyarakat Desa Ganggelang. Jubindo: Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4 (1). 10-25. https://doi.org/10.32938/Jbi.V4i1.148

Hadi, M., dkk. (2022). Kepercayaan (Belief) Masyarakat Lokal pada Nilai-Nilai Mistik Masjid Kuno Rembitan di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Religion, Culture, and State Journal, 2 (1), 108-135. Retrieved from https://journal.unram.ac.id/index.php/rcs/article/view/361

Hambali, H.,dkk (2021). Metode Story Telling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Ar-Riayah : Jurnal Pendidikan Dasar, 5 (2), 133-149. https://doi.org/10.29240/Jpd.V5i2.3424

Hariawan, J., dkk. (2020). Peran Stakeholder dalam Pengembangan Kawasan Masjid Kuno Bayan Beleq sebagai Destinasi Wisata Warisan Budaya. Profit: Jurnal Administrasi Bisnis, 14 (2), 104-114. https://doi.org/10.21776/Ub.Profit.2020.014.02.12

Ihsan, M. (2016). Pengobatan Ala Rasulullah SAW sebagai Pendekatan Antropologis dalam Dakwah Islamiah di Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat. Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 4 (2), 152-210. https://doi.org/10.36088/Palapa.V4i2.32

Irrubai, M. L. (2017). Reaktualisasi Awik-Awik dalam Melestarikan Sosial Budaya Masyarakat desa Landah Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Didaktika: Social Science Education Journal, 4 (2), 21-29.

https://doi.org/ 10.15408/Sd.V4i2.7988.

Jamaluddin, J. (2011). Islam Sasak: Sejarah Sosial Keagamaan di Lombok (Abad Xvi-Xix). Jurnal Indo-Islamika, 1 (1), 63-88. https://doi.org/10.15408/Idi.V1i1.1487

Kariadi, D., & Suprapto, W. (2018). Tradisi Memaos sebagai Media Edukatif untuk Membangun Jiwa Religius Generasi Muda. Edudeena, 2 (1), 97-111. https://doi.org/10.30762/Ed.V2i1.560

Linda,D. A. Dkk. (2021). Alih Fungsi Masjid Kuno Gunung Pujut pada Masyarakat Desa Sengkol Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Ilmiah Telaah, 6 (2), 116. https://doi.org/10.31764/Telaah.Vxiy.5304

Lisnawaty, S. D. (2020). Keunggulan Metode Story Telling dalam Membentuk Kualitas Karakter dan Moral Mahasiswa. Moderasi: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, 1 (1), 39-47. https://doi.org/10.24239/moderasi.Vol1.Iss1.8

Quddus, A., & Ariadi, L. M. (2016). Gerakan Tarekat dan Pertumbuhan Budaya Berfilosofi di Lombok. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 5 (2), 321-345. https://doi.org/10.15642/Teosofi.2015.5.2.321-345

Sirnopati, R. (2021). Agama Lokal Pribumi Sasak (Menelusuri Jejak “Islam Wetu Telu” di Lombok). Tsaqofah, 19 (02), 103. https://doi.org/10.32678/Tsaqofah.V19i02.3656

Spradley, J. P. (1979). The Ethnographic Interview - Google Books. Waveland Press. https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/The_Ethnographic_Interview/Kz3lcwaaqbaj?Hl=Id&Gbpv=1&Dq=The+Ethnographic+Interview&Printsec=Frontcover

Stevenson, N. (2019). Developing Cultural Understanding Through Story-Telling. Journal of Teaching in Travel and Tourism, 19 (1), 1-14. https://doi.org/10.1080/15313220.2018.1560528

Suhartini & Baharudin. (2021). Nilai-Nilai Sosial dalam Budaya Maulidan Suku Sasak Bayan Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Society, 12 (1), 45-58. https://doi.org/10.20414/Society.V12i1.3396

Sukri, M. (2013). Fungsi Naskah Prudak Sina dalam Kehidupan Masyarakat Sasak dalam Perspektif Nilai Agama dan Pendidikan. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,16 (1), 16-34. https://doi.org/10.24252/Lp.2013v16n1a2

Wachid, A. (2005). Sastra Pencerahan (E. Julaihah (Ed.)). Saka.

Wafiroh, A. (2018). Akurasi Arah Kiblat Masjid Kuno Bayan Beleq dan Masjid Kuno Gunung Pujut di Pulau Seribu Masjid. Nurani: Jurnal Syariah dan Masyarakat, 18 (2), 161-175. https://doi.org/ 10.19109/nurani.v18i2.2775

Wahyudi, D. S., & Wikantiyoso, R. (2021). Limbungan Local Wisdom and Conservation of Vernacular Architecture East Lombok Sasak. Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 13 (2), 165-176. https://doi.org/10.26905/Lw.V13i2.5291

Wijaya, H. (2016). Bentuk dan Fungsi Mantra Pelet dalam Masyarakat Sasak di Desa Bagik Payung (Kajian Pisikologis). International Conference On Elementary And Teacher Education (Icete).

Zuhdi, M. H. (2017). Islam Wetu Telu di Bayan Lombok: Dialektika Islam Normatif dan Kultural. Religia, 12 (1), 1-21. https://doi.org/10.28918/Religia.V12i1.196

Downloads

Published

2023-04-13

How to Cite

Agusman, & Martayadi, U. (2023). Narasi tiga masjid kuno Lombok sebagai bahan storytelling pramuwisata. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.23599

Issue

Section

Table of Content