Nilai moral dalam tradisi Asapoan sebagai potret kerukunan masyarakat

Authors

  • Syaifatul Jannah Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.24607

Keywords:

Moral values, The Asapoan tradition, Harmony

Abstract

Penelitian ini menguraikan tentang nilai-nilai moral dalam tradisi Asapoan sebagai potret kerukunan masyarakat desa Lancar. Asapoan  artinya menyapu. Asapoan  dalam tradisi ini ialah menyapu halaman rumah mertua pada keesokan hari setelah menggelar acara pernikahan. Kekhasan dan keunikan dari Asapoan adalah dilakukan oleh pengantin laki-laki walau hanya dengan tiga kali sapuan atau walau hanya dengan mengambil beberapa sampah dan dilakukan dipagi buta. Dari pelaksanaan tradisi Asapoan  terdapat nilai-nilai moral yang dapat dikaji lebih jauh. Nilai-nilai moral dalam tradisi Asapoan ini menjadi dasar pembentukan dan penggambaran masyarakat yang rukun yakni dilihat dari implementasi nilai-nilai moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Lancar. Fokus penelitian ini yaitu ingin mengetahui nilai-nilai moral yang terdapat dalam tradisi Asapoan dan identitas masyarakat desa yang tergambar dalam nilai-nilai moral tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan FGD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sembilan nilai moral yang dikaji yaitu menghormati, menghargai, disiplin, menjalin silatrrahmi, sopan dan santun, patuh, kasih sayang, bijaksana, dan hidup rukun. Implementasi nilai-nilai tersebut tergambar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Lancar, yakni pola interaksi dengan orang tua, guru, dan antar tetangga. Adapun nilai-nilai moral yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Lancar yang menggambarkan sikap kerukunan masyarakat desa Lancar dikategorikan menjadi tiga bentuk sikap rukun, yaitu toleransi, persaudaraan, dan perdamaian.  

 

This research will describe the moral values ​​in the Asapoan tradition as a portrait of the harmony of the Lancar village community. Asapoan means to sweep. Asapoan in this tradition is sweeping the parents-in-law's yard the next day after holding a wedding. The peculiarity and uniqueness of the tradition in this tradition is that the bridegroom does Asapoan , even if it is only three sweeps or even if it is only by picking up some trash and doing it early in the morning. From the implementation of the Aspoan tradition, there are moral values ​​that can be studied further. The moral values ​​in the Aspoan tradition form the basis for the formation and depiction of a harmonious society, which is seen from the implementation of these moral values ​​in the daily life of the Lancar village community. The focus of this research is to find out the moral values ​​contained in the Asopoan tradition and the identity of the village community which is reflected in these moral values. The research method used is descriptive qualitative method with data collection techniques of interviews, observation, and FGD. The results of the study show that there are nine moral values ​​studied, namely respect, respect, discipline, establishing friendship, polite and courteous, obedient, affectionate, wise, and living in harmony. The implementation of these values ​​is reflected in the daily life of the Lancar village community, namely the pattern of interaction with parents, teachers, and between neighbors. The moral values ​​that are implemented in the life of the Lancar community which describe the harmonious attitude of the Lancar village community are categorized into 3 forms of harmonious attitude, namely tolerance, brotherhood, and peace.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aisah, S. (2015). Nilai-Nilai Sosial yang Terkandung dalam Cerita Rakyat “Ence Sulaiman” pada Masyarakat Tomia. Jurnal Humanika, 15(3). Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/article/view/607/pdf

Al-Atsir, A. M. bin M. al-J. ibn. (1979). Al- Nihayah fi Gharib al- Hadith wa al-Atsar (5th ed.). Beirut: Dar al-Fikr.

Anam, W., Subakir, A., Alamin, T., Khamim, K., Khoiri, M. A., & ... (2019). Potret Kerukunan Umat Beragama di Kota Kediri. Retrieved from https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/khazanah/article/view/2057

Anwar, K. (2018). Budaya Damai Orang Madura: Tindakan Prososial dan Altruisme pada Tradisi Kolom Bhâkoh. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Ardi, R., Tobing, D. H., Agustina, G. N., Iswahyudi, A. F., & Budiarti, D. (2021). Religious schema and tolerance towards alienated groups in Indonesia. Heliyon, 7(7), 0–7. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07603

Ariesto. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Bachtiar, W. (1999). Metodologi penelitian ilmu dakwah. Jakarta: Logos.

Birren, J. E & Fisher, L. M. (1990). Wisdom: Its nature, origins, and development. New York: Cambridge University Press.

Bungin, B. (2013). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group.

Cooper, J. e. (1994). “Symbolism, the Universal Language”. Dalam Harry Oidmeadow, Philosophy of Religion: An Anthology of Readings. Melbourne: LaTrobeUniversity. Northants:Aquarian Press.

Crow, L. D. C. dan A. (1985). Human Development and Learning. New York: American Book Company.

Danaher, J., & Hopster, J. (2022). The normative significance of future moral revolutions. Futures, 144(October). https://doi.org/10.1016/j.futures.2022.103046

Gusnawaty, G., Lukman, L., Nurwati, A., Adha, A., Nurhawara, N., & Edy, A. (2022). Strategy of kinship terms as a politeness model in maintaining social interaction: local values towards global harmony. Heliyon, 8(9). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e10650

Halimi, S. (1998). Ziberal Dogma Shipwrecked.

Hasibuan, M. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasyim, U. (1979). Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

Hermawati, R., Paskarina, C., & Runiawati, N. (2016). Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Bandung. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology, 1(2). Retrieved from https://jurnal.unpad.ac.id/umbara/article/view/10341/4829

Istianah. (2016). Shilaturrahim sebagai upaya menyambungkan tali yang terputus. Riwayah: Jurnal Studi Hadis, 2(2), 199–210. Retrieved from https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/3143/2327

Jannah, S. (2019). Konstruksi Bibliokonseling Bermuatan Nilai-Nilai Sosial dalam Syair Lagu Madura untuk Pengembangan Sikap Altruis Calon Konselor: Kajian Hermeneutika Gadamerian. Universitas Negeri Malang.

Kosim. (2016). Nilai-Moral Dalam Tradisi Saparan Masyarakat Desa Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang (Universitas Negeri Semarang). Universitas Negeri Semarang. Retrieved from http://lib.unnes.ac.id/27627/1/3301412145.pdf

Lerner, R. M., Ann Easterbrooks., J. M. (2003). Handbook of psycho-logy. In Developmental Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Lickona, T. (2009). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. Bantam.

Liu, M & Lin, T. (2011). The Development of Multicultural Education in Taiwan Overview and Reflection, dalam Grant and Portera, eds, Intercultural and Multicultural Education Enhancing Global Interconnectedness. New York: Routledge.

Mardalis. (1995). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Marghi, A. M. Al. (1962). Tafsir Al Maraghi (3rd ed.). Kairo: Musthafa al-Babl al-Halabi.

Muchtar, H. J. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulder, N. (1978). Mysticism and Everyday Life in Cotemporary Java: Cultural Persistence and Change. Singapore: Singapore University Press.

Nanang. (2008). Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media.

Nurdin, M. dkk. (2009). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Ozak, S. . (2006). Dekap Aku dalam Kasih Mu. Jakarta: Penebit Serambi.

Poerwadarmita, W. (1980). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahmat, J. (1986). Islam Alternatif. Bandung: Mizan.

Shihab, A. (1998). Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (2nd ed.). Bandung: Mizan.

Shihab, M. Q. (2006). Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Soedijarto. (1998). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suseno, Frans Magnis. (1996). Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafah Tentang Kebijaksanaan Hidup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suseno, Franz Marginz. (1987). Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Takdir, M. (2018). Potret Kerukunan Berbasis Kearifan Lokal : Implementasi Nilai-Nilai Harmoni dalam Ungkapan “ Rampak Naong Bringen Korong ” dalam Kehidupan Masyarakat Madura. 16(1), 73–102. https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i1.2057

Taryati dkk. (1995). Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat lendral Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Pengkajian dan Pembinaan Budaya.

Wati, A. E. (2017). Peningkatan Karakter Menhormati Orang Tua Melalui Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Media Video Karakter Pada Siswa Kelas VII B Di SMP N 2 Paliyan, Gunung Kidul. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Xu, L., Wu, Y., & Liu, X. (2012). Discussion on harmony value and construction way of safe community. Procedia Engineering, 43, 512–515. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2012.08.088

Zuriah, N., & Yustianti, F. (2007). Pendidikan moral & budi pekerti dalam perspektif perubahan: menggagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual dan futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

Downloads

Published

2023-04-13

How to Cite

Jannah, S. (2023). Nilai moral dalam tradisi Asapoan sebagai potret kerukunan masyarakat. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(1), 103–112. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.24607

Issue

Section

Table of Content