Petik Laut dalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama: Studi kasus ritual masyarakat Muncar Banyuwangi
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.24628Keywords:
petik laut, prespektif tokoh lintas agama, sesajiAbstract
Tradisi petik laut merupakan salah satu kebudayaan masyarakat Muncar. Tradisi ini sudah berlangsung sejak dahulu dan merupakan peninggalan nenek moyang. Tujuan dan makna dari petik laut adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaannya, petik laut banyak menyerap beberapa kebudayaan, baik kebudayaan agama Islam, Hindu, Kristen, maupun Budha sehingga memungkinkan adanya pro dan kontra. Oleh karena itu, dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah bagaimana pelaksanaan petik laut yang dilakukan oleh masyarakat Muncar? dan bagaimanakah petik laut dalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama? Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di mana sumber datanya adalah orang-orang yang terlibat langsung dengan petik laut dan juga tokoh-tokoh lintas agama. Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan petik laut dapat dilihat dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanan, dan tahap penutupan. Petik laut dalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama baik dari agama Islam, Hindu, Kristen, dan Budha merupakan hasil kebudaya dari warisan nenek moyang yang dilakukan secara turun-temurun sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah. Perbedaan pendapat mengenai petik laut dalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama hanya terletak pada bagaimana cara merealisasikan ungkapan syukur tersebut. Ada yang dilakukan dengan istighosah, tahlilan, ada juga yang dilakukan dengan melarungkan sesaji untuk diberikan kepada Tuhan.
The tradition of petik laut is one of the cultures of the Muncar people. This tradition has been going on for a long time and is the legacy of our ancestors. The purpose and meaning of ‘’petik laut’’ is an expression of gratitude to God Almighty. The implementation of petik laut absorbs many Islamic, Hindu, Christian and Buddhist religious cultures, allowing for pros and cons. Therefore, two research problems were formulated in this study. Those are: (1) how is the implementation of ‘’petik laut’’ carried out by the Muncar society? and (2) How is the ‘’petik laut’’ according to the interfaith figure’s perspective? The research used the case study method. The data was collected from people directly involved with petik laut and interfaith figures. Data were collected using three techniques, namely observation, interviews, and documentation. The researcher analyzed the data based on Miles and Huberman's analysis techniques. The results of this study show that the implementation of petik laut could be seen from three stages: the preparation stage, the implementation stage, and the closing stage. Petik laut, from the perspective of interfaith figures of Islam, Hinduism, Christianity and Buddhism, is a cultural product of ancestral heritage passed down from generation to generation as a form of gratitude to God for the abundant marine products. Differences in the opinion of ‘’petik laut’’ from the perspective of interfaith figures in how to realize this expression of gratitude. Some were done by istighosah, tahlilan, and some by throwing offerings to the sea to be given to God.
Downloads
References
Abdurrohman, M. (2016). Memahami Makna-Makna Simbolik Pada Upacara Adat Sedekah Laut di Desa Tanjungan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Jurnal The Messenger, 7(1), 27. https://doi.org/10.26623/themessenger.v7i1.286
Afriansyah, A., & Sukmayadi, T. (2022). Nilai Kearifan Lokal Tradisi Sedekah Laut dalam Meningkatkan Semangat Gotong Royong Masyarakat Pesisir Pantai Pelabuhan Ratu. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 3(1), 33–46. https://doi.org/10.23917/sosial.v3i1.549
Ahyar, H., Maret, U. S., Andriani, H., Sukmana, D. J., Mada, U. G., Hardani, S.Pd., M. S., Nur Hikmatul Auliya, G. C. B., Helmina Andriani, M. S., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Sukmana, D. J., & Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Nomor March).
Ali Mohtarom, M. P. (2022). Merespon Tradisi Sesajen Dalam Perspektif Hadits. Jurnal Mu’allim, 4(1), 104–118. https://doi.org/10.35891/muallim.v4i1.2929
Annabila, R., & Kurniawan, R. risqy. (2020). Pandangan Islam Terhadap Tradisi Sedekah Laut di Indonesia. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 10(10).
Annisa, N. (2019). Makna Doa Pangrokat Dalam Tradisi Petik Laut Muncar Di Dusun Kalimati Banyuwangi. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, 15(1), 49. https://doi.org/10.26499/und.v15i1.1473
Arief, A. A., Agusanty, H., Mustafa, M. D., & Kasri, K. (2021). Kepercayaan dan Pamali Nelayan Pulau Kambuno di Sulawesi Selatan. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5(1), 56–68. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i1.15816
Azizah, F. N., & Turyati. (2011). Gandrung dalam Upacara Ritual Petik Laut di Pantai Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Seni Makalangan, 59–80. http://dx.doi.org/10.26742/mklng.v1i1.864
Fahri, Y. A. (2022). Optimalisasi “Rokat Tasè̛” Untuk Mengembangkan Potensi Budaya Lokal Desa Kaduara Timur di Era Revolusi 4.0. Jurnal Sosiologi Nusantara, 8(2), 219–236. https://doi.org/10.33369/jsn.8.2.219-236
Farisa, T. L. (2010). Ritual Petik Laut Dalam Arus Perubahan Sosial Di Desa Kedungrejo, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. (Bachelor Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3405/
Hardiansyah, B., Iriyadi, D., & Gufron, I. A. (2022). Akulturasi Islam pada budaya Ruwatan Rumah di Cikidi Hilir Banten. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 6(1), 50–61. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i1.19755
Kusnadi, K. (2022). Tafsir Tematik Tentang Ibadah Kurban (Studi Surat Al-Hajj: 36). Ulumul Syar’i : Jurnal Ilmu-Ilmu Hukum dan Syariah, 10(2), 29–43. https://doi.org/10.52051/ulumulsyari.v10i2.141
Listia. (2011). Cara Pandang Baru atas Perbedaan Agama Kristiani dan Islam (Sumbangan Strukturalisme Levi-Strauss dalam menganalisis Perbedaan Agama). Orientasi Baru, 20(2), 193–210. https://e-journal.usd.ac.id/index.php/job/article/view/1269
Mahfud, C. (2014). Tafsir Sosial Kontekstual Ibadah Kurban Dalam Islam. Humanika, 14(1), 1-16. https://doi.org/10.21831/hum.v14i1.3331
Masruroh, N., Rahman, A., & Hermawan, Y. (2021). Eksistensi sedekah bumi di era modern: Desa wisata Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5(2), 268–283. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i2.17209
Pujayanti, A., & Ishaq, Z. (2022). Nilai dan hukum islam pemberian sesajen sebelum akad nikah. Journal of Sharia, 1(1), 79–97. https://ejournal.insud.ac.id/index.php/josh/article/view/459
Rahayu, S. S., Waskito, & Widianto, A. (2022). Budaya petik laut: solidaritas sosial berbasis kearifan lokal pada masyarakat pesisir di Dusun Parsehan Kabupaten Probolinggo. Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), 2(6), 565–576. https://doi.org/10.17977/um063v2i62022p565-576
Relin. (2014). Teologi Hindu Dalam Tradisi Petik Laut Pada Masyarakat Jawa Di Pantai Muncar Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar …. Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama Republik Indonesia, 1–158. http://sim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-021802052259-28.pdf
Relin. (2017). Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut Di Pantai Muncar, Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis). Mudra Jurnal Seni Budaya, 32(1), 41–55. https://www.neliti.com/publications/195232/pementasan-tari-gandrung-dalam-tradisi-petik-laut-di-pantai-muncardesa-kedungrej
Rofiani, R., Ahmad, N., & Suhartini, A. (2021). Konsep Budaya dalam Pandangan Islam Sebagai Sistem Nilai Budaya Global (Analisis terhadap terhadap pemikiran Ali Ahmad Madkur). At-Tajdid : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 5(01), 62. https://doi.org/10.24127/att.v5i01.1556
Saefullah, M. (2018). Islamic Religion Education Values in Nyadran Tradition in Desa Traji Kecamatan Parakan Temanggung District, Jawa Tengah. Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(2), 79-93. https://doi.org/10.32699/paramurobi.v1i2.530
Sawiji, A., Mauludiyah, M., & Munir, M. (2017). Petik Laut dalam Tinjauan Sains dan Islam. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan, 2(2), 68–74. https://doi.org/10.29080/alard.v2i2.124
Setiawan, E. (2016). Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut Di Muncar Banyuwangi. Universum, 10(2), 229–237. https://doi.org/10.30762/universum.v10i2.263
Syam, N. (2005). Islam pesisir. LKiS Pelangi Aksara.
Wahyono, S. B. (2014). Kejawaan Dan Keislaman: Suatu Pertarungan Identitas. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 17(3), 103027.
Yuniarto, B., Mubarok, A., Ridho, A., Rozihi, R., & Nadia. N. (2022). Peran Humaniora Terhadap Tradisi Sedekah Laut. Jurnal Sosial Dan Sains, 2(2), 278–285. https://doi.org/10.59188/jurnalsosains.v2i11.520
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Ro'fat Hizmatul Himmah, Sofkhatin Humaidah, Nur Syam
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)