Tepung Tawar Perdamaian: Resolusi Konflik Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila di Sumatera Selatan
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v7i2.26352Keywords:
local wisdom, Pancasila Values, Conflict Resolution, tepung tawar perdamaianAbstract
Provinsi Sumatera Selatan menyandang predikat daerah zero conflict sebab tidak ditemukannya konflik di daerah Sumatera Selatan terutama yang terkait dengan Suku, Agama, Ras dan Antar-golongan (SARA), hal tersebut terjadi disebabkan oleh masih digunakannya tradisi lokal, yaitu berupa tradisi “tepung tawar perdamaian” sebagai resolusi konflik. Hal ini merupakan upaya melakukan perdamaian melalui mediasi dialogis dari tokoh masyarakat terhadap pihak-pihak yang berselisih agar konflik yang lebih besar dan luas dapat dihindari. Artikel ini bertujuan untuk menganalisa bentuk resolusi konflik tersebut berdasarkan perspektif nilai-nilai Pancasila yang merupakan ideologi bangsa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini ialah melalui kajian pustaka terhadap berbagai literatur terkait seperti jurnal ilmiah serta buku terutama yang membahas mengenai resolusi konflik, kearifan lokal serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Hasil analisis menunjukkan nilai-nilai Pancasila diimplementasikan melalui tradisi tepung tawar perdamaian terutama pada nilai persatuan dan musyawarah mufakat. Melalui tepung tawar perdamaian pihak-pihak yang berkonflik dikondisikan agar setuju untuk melakukan perdamaian. Hal ini biasanya dilakukan oleh tetua pada keluarga didampingi oleh berbagai orang yang dianggap tokoh. Ketika sudah mencapai kesepakatan mengenai waktu kedatangan maka pihak yang ingin berdamai akan mendatangi pihak lainnya dengan membawa ketan kunyit dan ayam panggang. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan jika bentuk resolusi konflik di Sumatera Selatan yang dilakukan melalui tepung tawar perdamaian merupakan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila yang merupakan nilai luhur dari kearifan lokal bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi solusi untuk mencegah dan mengatasi konflik yang sangat mungkin muncul dari keberagaman yang ada di Indonesia.
South Sumatra Province holds the title of zero conflict area because there are no conflicts found in the South Sumatra region, especially those related to ethnicity, religion, race, and inter-group. This happens because local traditions are still used, namely the tradition of "tepung tawar perdamaian" as a Conflict resolution is an effort to make peace through dialogical mediation by community leaders towards disputing parties so that larger and more widespread conflicts can be avoided. This article aims to analyze the form of conflict resolution based on the perspective of Pancasila values which is the nation's ideology. The method used in this research is through a literature review of various related literature such as scientific journals and books, especially those that discuss conflict resolution, local wisdom, and the implementation of Pancasila values in life. The results of the analysis show that the values of Pancasila are implemented through the tradition of “Tepung Tawar Perdamaian”, especially the values of unity and consensus deliberation. Through “tepung tawar perdamaian”, the parties in conflict are conditioned to agree to make peace. This is usually done by the elders in the family accompanied by various people who are considered figures. When an agreement has been reached regarding the time of arrival, the party who wants to make peace will come to the other party to make peace, brought turmeric sticky rice and grilled chicken. The conclusion of this research shows that the form of conflict resolution in South Sumatra which is carried out through “tepung tawar perdamaian” is an embodiment of the values of Pancasila which in fact are indeed noble values of the local wisdom of the Indonesian people, and this can be a solution to prevent and resolve serious conflicts, perhaps arises from the diversity that exists in Indonesia.
Downloads
References
Adha, M. M., & Susanto, E. (2020). Kekuatan Nilai-nilai Pancasila dalam Membangun Kepribadian Masyarakat Indonesia. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 15(01), 121-138. https://doi.org/10.37680/adabiya.v15i01.319
Arifinsyah. (2015). Method of Resolving Conflict among Religious People in North Sumatera. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 20(11), 85-91. Available at http://www.iosrjournals.org/iosr-jhss/pages/20(11)Version-2.html
Asrom, H. (2007). Pancasila, Kearifan Lokal dan Pengembangan Daerah. Jurnal Filsafat, 17(2), 204-218. https://doi.org/10.22146/jf.23187
Badan Pusat Statistik. (2023). Provinsi Sumatera Selatan dalam Angka 2023. Available at https://sumsel.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=2023&Publikasi%5BkataKunci%5D=&Publikasi%5BcekJudul%5D=0&yt0=Tampilkan
Baihaqi, M. K., & Birsyada, M. I. (2022). Agama dan ritual: Dinamika konflik Dusun Mangir Lor Sendangsari Pajangan. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 6 (2), 299- 310. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i2.21657
Creswell, W. J., & Creswell, J. D. (2018). Research Design: Qualitative, Quantitative adn Mixed Methods Approaches (Fifth, Vol. 53, Issue 9). SAGE Publications.
Davidson, J & Wood, C. (2004). A Conflict Resolution Model. Theory Into Practice, 43(1), 6-13. DOI: 10.1207/s15430421tip4301_2
Duija, I. N. (2021). Enkulturasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kearifan Lokal Hindu Bali. Jurnal Pembumian Pancasila, 1(2), 146-161. https://jurnalpembumianpancasila.id/index.php/jpp/article/view/7
Fatihah, H. (2018). Kajian Terhadap Unsur Berpotensi Konflik Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Bhineka Tungga Ika; Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn, 5(1), 1-12 https://doi.org/10.36706/jbti.v5i1.7894
Fernandes, A & Tirto, D. (2021). Perpaduan Nilai Budaya dan Agama sebagai Sarana Resolusi Konflik Kepentingan; Tinjauan atas Falsafah “Tuan Ma” di Larantuka. Jurnal Damai dan Resolusi Konflik, 7(2), 283-305. Perpaduan Nilai Budaya Dan Agama Sebagai Sarana Resolusi Konflik Kepentingan: Tinjauan Atas Falsafah “Tuan Ma” Di Larantuka | Fernandez | Jurnal Damai Dan Resolusi Konflik (Idu.Ac.Id)
Grant, H. L., Maoz, I & Keysar, B. (2022). Lingua Franca as a Hidden Barrier to Conflict Resolution. Journal of Conflict Resolution, 0(0), 1-28. DOI https://doi.org/10.1177/00220027221123316
Haliim, W. (2018). Harmony and tolerance as a tengger identity: reflections for Indonesian identity and unity degradation. International Journal Of Social Sciences (IJSS), 1(1), 1-9. doi:10.31295/ss.v1n1.1
Hemafitria. (2019). Nilai Karakter berbasis Kearifan Lokal Tradisi Tepung Tawar pada Etnis Melayu Sambas. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 3(2), 121-132. https://doi.org/10.31571/pkn.v3i2.1435
Hendra, D. F & Ariani, A. (2022). Tepuk Tepung Tawar sebagai Simbol Ritual Budaya Melayu Kabupaten Karimun. Jurnal Tari, Teater dan Wayang, 5(1), 1-8. https://doi.org/10.24821/dtr.v5i1.7657
Idrus. (2018). Fiqh Local Wisdom: Implementasi Etika Kerukunan Umat Di Jawa Timur. Hakam: Jurnal Kajian Hukum Islam dan Hukum Ekonomi Islam, 2(2), 97-117. Available at https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/99586320216672779
Jannah, S. (2023). Nilai Moral dalam Tradisi Asapoan sebagai Potret Kerukunan Masyarakat. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 7(1), 103-112 DOI https://doi.org/10/22210/satwika/v7i1.24607
Jehamat, L & Mbadhi, A. C. (2018). Peran Budaya Tura Jaji dalam Mencegah Konflik Sosial di Desa Aewora, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende. Sosio Informa, 4(3), 567-580. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/902132
Jemali, M. Banawiratma, JB & Udasmoro, W. (2021). Hambor as Little Narrative in Managing Conflict and Peace Situation in Manggarai, Flores, East Nusa Tenggara. International Journal of Interreligious and Intercultural Studies, 4(2), 117-141. https://doi.org/10.32795/ijiis.vol4.iss2.2002.2226
Karliani, E & Triyani (2021): Strengthening student’s peace-loving attitudes through humabetang value-based general education curriculum, Journal of Human Behavior in the Social Environment, 31(5), 539-550 DOI: 10.1080/10911359.2020.1783418
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2021). Tepung Tawar Perdamaian. Available at https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2548
Kesuma, T. A. R. P & Cicilia, D. (2017). Piil Pesenggiri: Strategi Resolusi Konflik menggunakan Nilai-Nilai Agama dan Pancasila. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 19(2), 237-252. https://doi.org/10.14203/jmb.v19i2.394
Kurniawan, M. W & Lutfiana, R. F. (2021). Penguatan Nilai-Nilai Pancasila melalui Budaya Sekolah berbasis Kearifan Lokal di SMA se-Malang Raya. Jurnal Civic Hukum, 6(1), 61-70. https://doi.org/10.22219/jch.v6i1.15254
Lestari, O & Hudaidah. (2023). Potensi Wisata Religi Makam Ki Marogan sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal di Kota Palembang. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 7 (1), 167-176. doi: 10.22210/satwika.v7i1.25265
Lintani, V. A. (2021). Tepung Tawar Perdamaian. CV Amanah
Linyang, T., Musa, P & Nur, F. (2021). Makna Simbol Tradisi Tepung Tawar di Desa Durian Sebatang Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara. Balale’: Jurnal Antropologi, 2(1), 133-153. Available at https://jurnal.untan.ac.id/index.php/BALELE/article/view/49297
Miles, M. B., Huberman, A. M & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis, A Methods, Sourcebook. Edition 3. Sage Publications.
Mulyono. (2002). Studi Kewarganegaraan; Konsep Teori dan Kerangka Psiko Pedagogik. In Dasim Budimansyah (Eds). Bandung. Jendela
Nurdiansyah, E., Faisal, E. E., Sulkipani., Setiawan, S. A., & Alghifari, M. A. (2021). Pengembangan Ensiklopedia Identitas Nasional Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Civic Hukum, 6(2), 112-123. https://doi.org/10.22219/jch.v6i2.14612
Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat.
Prayitno dan Manullang, B. (2011). Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Gramedia.
Ramadhan, D & Wahab. (2019). Relevansi Kearifan Lokal Tepung Tawar dalam Pembelajaran Agama Islam (Studi pada Masyarakat Melayu Pontianak). Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(1), 53-62. http://dx.doi.org/10.18592/tarbiyah.v8i1.2538
Rukmana, I. S., Samsuri & Wahidin, D. (2020). Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Contoh Nyata Ketahanan Ideologi (Studi di Kampung Pancasila, Dusun Nogosari, Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ketahanan Nasional, 26(2), 182-203. https://doi.org/10.22146/jkn.53815
Syarifuddin. Rezeki, W & Kalsum, U. (2022). Eksistensi Tradisi Tepung Tawar Sebagai Warisan Budaya Lokal Palembang. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya dan Pengajarannya, 16(1), 43-53. http://dx.doi.org/10.17977/um020v16i12022p43-53
Susanti, J. T., & Lestari, D. E. G. (2021). Tradisi Ruwatan Jawa Pada Masyarakat Desa Pulungdowo Malang. Jurnal Satwika, 4 (2), 94-105. Doi: Https://Doi.Org/10.22219%20/Satwika.Vol4.No2.94-105
Stepanus., Lattu, I & Tampake, T. (2020). Ritual Merenden Tedong sebagai Penyelesaian Konflik Masyarakat Mamasa. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 5(2), 123-135. https://doi.org/10.24114/antro.v5i2.14392
Tanzila, E., Sumantri, S. H., & Wahyudi, B. (2018). Strategi Pemerintah Daerah dalam Pencegahan Konflik Bernuansa Agama Guna Mempertahankan Status Zero Conflict di Sumatera Selatan Tahun 2017-2018. Jurnal Diplomasi Pertahanan, 4(3), 1-26. https://doi.org/10.33172/jdp.v4i3.325
Widanita. Sinaga, R. M & Adha, M. M. (2021). Tabot Culture: Local Wisdom of the Bengkulu Community and Effort to Preserve it. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 8(9), 272-279 http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v8i9.2958
Widianto, A. A., & Lutfiana, R. F. (2021). Kearifan Lokal Kabumi: Media Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Masyarakat Tuban Jawa Timur. Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5 (1), 118-130. doi: 10.22219/satwika.v5i1.15929
Wijaya, N. (2020). Resolusi Konflik berbasis Budaya oleh Masyarakat Kabupaten Poso. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(1), 58-63. https://doi.org/10.24198/jkrk.v2i1.27048
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Edwin Nurdiansyah, Bunyamin Maftuh, Elly Malihah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)