Fungsi Mantra Kenduri dalam Upacara Adat Keduk Beji
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v7i2.26383Keywords:
sastra lisan, ekokritik Sastra, Budaya Lokal, Budaya Ruwatan, bahasa jawa, bahasa indonesia, Fungsi, mantraAbstract
Fungsi dalam mantra menjadi bagian penting dalam bertahannya mantra di masyarakat. Fungsi mantra dilihat dari kegunaan mantra tersebut dalam suatu upacara adat yang terdapat di masyarakat. Fungsi mantra perlu diperhatikan sehingga dapat diketahui mengapa mantra tersebut masih digunakan dalam upacara adat. Fungsi-fungsi mantra tersebut berkaitan dengan ideologi yang dianut oleh maysarakat setempat dimana mantra dan upacara adat tersebut beredar. Artikel ini membahas tentang fungsi mantra upacara adat Keduk Beji di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap masyarakat setempat yang pernah mengikuti upacara tersebut. Penelitian ini bertujuan menjelaskan fungsi mantra sebagai ideologi masyarakat dimana mantra tersebut beredar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat Keduk Beji memiliki fungsi penting dalam mempertahankan norma dan filosofis kebuadayaan berdasarkan agama, nilai-nilai budaya lokal dan mempererat hubungan sosial antar masyarakat. Upacara ini juga membantu memperkuat identitas budaya masyarakat dan memberikan peluang bagi para pemuda untuk belajar dan mempertahankan kebudayaan tradisional. Artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran mantra kenduri dalam upacara adat Keduk Beji sebagai membangun kebersamaan dan kerjasama dalam masyarakat serta mempertahankan nilai-nilai budaya tradisional di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi.
The function in spells becomes an important part of the survival of spells in society. The function of the mantra is seen from the use of the mantra in a traditional ceremony found in the community. The function of the mantra needs to be considered so that it can be known why the mantra is still used in traditional ceremonies. The functions of these mantras are related to the ideology adopted by the local community where the traditional mantras and ceremonies circulate. This article discusses the function of the traditional ceremonial mantra of Keduk Beji in Tawun Village, Kasreman District, Ngawi Regency. This study used a type of qualitative research by conducting in-depth interviews and observations of local people who had attended the ceremony. This study aims to explain the function of mantras as the ideology of the society in which the mantra circulates. The results showed that the traditional Keduk Beji ceremony has an important function in maintaining cultural norms and philosophies based on religion, local cultural values and strengthening social relations between communities. The ceremony also helps strengthen the cultural identity of the community and provides opportunities for young people to learn and maintain traditional culture. This article provides a deeper understanding of the role of the kenduri mantra in the traditional ceremony of Keduk Beji as building togetherness and cooperation in the community and maintaining traditional cultural values in Tawun Village, Kasreman District, Ngawi Regency.
Downloads
References
Abhijit Mohanrao, Z., & Prashant, B. B. (2021). Dry Spell and Wet Spell Characterisation of Nandani River Basin, Western Maharashtra, India. Water Science and Technology Library, 98, 9–18. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-030-64202-0_2
Agusman, A., & Mahyudi, J. (2021). Mantra masyarakat Sasak: Kajian bentuk, fungsi, dan aspek teologi. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(2), 241–253. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i2.17229
Agusta, R. (2018). Reinterpretasi Mantra Dalam Inskripsi Pendek Candi Sanggar. Purbawidya: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 7(2), 137–148. https://doi.org/10.24164/pw.v7i2.268
Arisona, N. (2010). Ragam dan Makna Bahasa dalam Lakon Kintir. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 11(2). https://doi.org/https://doi.org/10.24821/resital.v11i2.508
Azizah, M., & Sunardi. (2019). Ngaji Lowo: Strategi Peningkatan Pemahaman Agama Pada Masyarakat Di Majelis Ta’lim Babussalamgondek Mojowarno Jombang Jawa Timur. Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman, 9(1). https://doi.org/https://doi.org/10.36835/hjsk.v9i1.3417
Ciptoprawiro, A. (1986). Filsafat Jawa . Balai Pustaka.
Daud, H. (2001). Mantra Melayu. University Sains Malaysia.
Djarot, M., Kunci, K., Khusus, K., & Islamisasi, M. (2019). Mantra Makan Dalam Kelambu Masyarakat Bugis Dendreng Desa Gedung Intan Mempawah (Kajian Kata Khusus Dan Islamisasi Melalui Mantra). JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education, 2(2), 244. https://doi.org/https://doi.org/10.24260/jrtie.v2i2.1450
Eko, F. Z. (2019). Simbol mantra dalam upacara Balenggang masyarakat Dayak Bakati Rara di Desa Mayak Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayan. Cakrawala Linguista, 2(2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26737/cling.v2i2.1662
Fitrahayunitisna. (2018). Performansi Ujub: Doa Dan Komunikasi Tiga Alam Dalam Tradisi Bersih Desa Krisik Di Blitar Provinsi Jawa Timur. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 4(2). https://doi.org/10.18784/smart.v4i2.672
Hadiwinarto. (2018). Urgensi Konseling Spiritual. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 4(2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31602/jbkr.v4i2.1404
Hafid Arofat, Moch., & Siti Kussuji Indrastuti, N. (2022). Pantun dan Mantra dalam Upacara Menumbai di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau: Kajian Komposisi, Transmisi, dan Fungsi. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 1(3), 1020–1033. https://doi.org/10.58344/jmi.v1i3.97
Hardiansyah, B., Iriyadi, D., & Gufron, I. A. (2022). Akulturasi Islam pada budaya Ruwatan Rumah di Cikidi Hilir Banten. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 6(1), 50–61. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i1.19755
Hasan, I. (2003). Sistem Politik Ideologi dan Demokrasi di Indonesia. . Alqa Dzulqaidah.
Joniarta, M. (2023). Sinkretisasi Siwa-Buddha Di Pura Yeh Gangga Desa Perean Tengah Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. JURNAL PANGKAJA (Vol. 26, Issue 1). https://doi.org/https://doi.org/10.25078/pjah.v26i1.2322
Koentjaraningrat. (2000). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan . Gramedia.
Kurnia, L. (2014). “Seren Taun” between hegemony and culture industry; Reading a Sundanese ritual of harvest in Cigugur, West Java. Wacana, 15(2), 300–313. http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/405
Malinowski, B. (1953a). Argonauts of the Western Pacific. Routledge & Kegan Paul.
Malinowski, B. (1953b). Argonauts of the Western Pacific. Routledge & Kegan Paul.
Malinowski, B. (1966). A Scientific Theory of Culture and Other Essays. A Galaxy Book.
Masruroh, N., Rahman, A., & Hermawan, Y. (2021). Eksistensi sedekah bumi di era modern: Desa wisata Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(2), 268–283. https://doi.org/10.22219/satwika.v5i2.17209
Melin, Harun, A., & Endang, S. (2022). Mantra Tolak Bala Sebagai Sastra Lisan Dalam Upacara Adat Tepung Tawar Masyarakat Melayu Sambas Kalimantan Barat (Kajian Perspektif Antropologi Sastra). Prosiding Seminar Nasional Sastra, Lingua, Dan Pembelajarannya (Salinga), 2(1). https://doi.org/https://doi.org/10.33503/salinga.v2i1.2181
Nardiati, S., Suwadji, Sukardi, & Suwatno, P. E. (1993). Kamus Bahasa Jawa - Bahasa Indonesia I (Umi. Basiroh & H. Supadi, Eds.). Pusat Pemblnaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Neuman, W. L. (2003). Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approaches. Pearson Education.
Nyoman, S. A. (2021). Sesapa : Bahasa Mantra Dalam Ritual Lokal Di Desa Bali Aga Buleleng Bali. Purwadita: Jurnal Agama Dan Budaya, 5(2), 101–112. https://doi.org/https://doi.org/10.55115/purwadita.v5i2.1802
Qoriah, A., Azhari, W., & Arsyada, R. M. Z. A. (2018). Sastra Lisan Mantra Ujub-Ujub: Makna Dan Fungsinya Dalam Masyarakat Desa Karangrejo Kabupaten Malang Jawa Timur. Wacana: Jurnal Bahasa, Seni, Dan Pengajaran, 2(2). https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/bind/article/view/12133
Rampan, K. L. (2014). Mantra, Syair, dan Pantun: Di Tengah Kehidupan Dunia Modern. Yrama Widya.
Relin, D. E. (2015). Filosofis Ruwatan Dalam Era Modernisasi Pada Masyarakat Jawa (Nyoman Krining, Ed.; 1st ed.). Ashram Gandhi Puri, Indra Udayana Institute of Vedanta.
Saleh, A. N. (2016). Anrong Bunting: Nilai Estetika Dan Mantra Pada Pesta Perkawinan Adat Orang. 7(2), 333–342. https://doi.org/10.36869/wjsb.v7i2.135
Saputra, H. S. P. (2007). Memuja Mantra: Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Suku Using Banyuwangi. Pustaka Pelajar.
Sekarbatu, D. (2013). Struktur, Makna, Dan Fungsi Mantra Hindu-Jawa. Sintesis, 7(2), 154–163. https://doi.org/https://doi.org/10.24071/sin.v7i2.1013
Soemardjan, S., & Soemardi, S. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Spradley, J. P. (2006). Metode Etnografi. Tiara Wacana.
Sugiarto, E. (2015b). Mengenal Sastra Lama Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan Contoh. ANDI.
Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017). Sastra Lisan : kajian teori dan penerapannya dalam penelitian. Madani.
Tumarjio, A. E., & Birsyada, M. I. (2022). Pergeseran prosesi dan makna dalam tradisi Merti Dusun di desa wisata budaya Dusun Kadilobo. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 6(2), 323–335. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i2.21503
Untermeyer. (1950). Modern American Poetry And Modern British Poetry. Mid-Century Editions.
Utama, H. F. (2023). Pandangan hidup Kejawen (Asta Brata) sebagai konsep kepemimpinan di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(1), 237–245. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.24056
Waluyo, H. (2010). Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Widyasari Press.
Wardani, A. P., Darmayanti, N., Sofyan, A. N., Budaya, F. I., Padjadjaran, U., Raya, J., Sumedang, B., & 21 Jatinangor, K. (2020). Fungsi Mantra Kekuatan Dalam Jangjawokan: Kajian Etnolinguistik. Metabasa: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajaran, 2(2). https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/mbsi/article/view/2490
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Kifan Wigrahanto, Taufik Dermawan, Dwi Sulistyorini
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)