Resepsi Anggota Ikatan Keluarga Banyuwangi Malang Pada Tari Gandrung sebagai Identitas Masyarakat Banyuwangi

Authors

  • Rahadi Rahadi Universitas Muhammadiyah Malang
  • Widiya Yutanti Universitas Muhammadiyah Malang

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v4i2.28007

Keywords:

resepsi, IKAWANGI, Tari Gandrung, Identitas

Abstract

Meskipun Tari Gandrung telah secara resmi menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2000an, namun keberadaannya masih menuai pro dan kontra. Permasalahan ini muncul akibat adanya stigma negatif yang berkembang selama ini, bahwa tari Gandrung adalah tarian erotis untuk menggoda kaum laki-laki dan para penarinya. Penelitian ini  mengungkapkan bagaimana resepsi ikatan keluarga banyuwangi (IKAWANGI) Malang pada tari gandrung. Sumber data pada penelitian ini adalah mahasiswa banyuwangi yang tergabung dalam IKAWANGI dan sekaligus menjadi penari gandrung, selain itu sumberdata juga didapatkan dari Ketua IKAWANGI. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teori resepsi dari stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan spirit yang terkandung dalam tari gandrung merupakan karakter dan identitas dari masyarakat Using Banyuwangi. Stigma negatif yang melekat dalam diri penari gandrung tak dipungkiri masih ada, namun seiring perubahan jaman stigma tersebut perlahan-lahan mulai menghilang. 

 

Even though the Gandrung Dance has officially become an icon of Banyuwangi Regency since the 2000s, its existence still reaps pros and cons. This problem arises due to the negative stigma that has developed so far, that Gandrung dance is an erotic dance to seduce men and their dancers. This study reveals how the Malang Banyuwangi family bond (IKAWANGI) reception is in the gandrung dance. The data source in this study was Banyuwangi students who were members of IKAWANGI and at the same time became passionate dancers, besides that the data source was also obtained from the Chairperson of IKAWANGI. Data collection techniques using observation, interviews, and documentation. Data were analyzed using reception theory from Stuart Hall. The results of the study show that the spirit contained in the gandrung dance is the character and identity of the Using Banyuwangi people. It is undeniable that the negative stigma attached to the gandrung dancer still exists, but as times change, this stigma slowly begins to disappear. 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Anoegrajekti, N. (2012). Gandrung Banyuwangi: Kontestasi dan Representasi Identitas Using. Humaniora, Vol. 23, pp. 1–15.

Budi Qur’ani, H., & Fajar Andalas, E. (2020). Stigma penari gandrung dalam Novel Kerudung Santet Gandrung karya Hasnan Singodimayan. (4), 350–357. Retrieved from http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA

Dianto, E. F. (2017). Isun Hang Gandrung. Joged, 8(2), 303–312. https://doi.org/10.24821/joged.v8i2.1596

Indiarti, W. (2016). Masa Lalu Masa Kini Banyuwangi. International Conference Indonesia: Art & Urban Culture, (October), 505–521. Retrieved from http://research-dashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/Proceeding/ComTech/Vol. 5 No. 1 Juni 2014/45_ARs_Gatot Suharjanto_Konsep Arsitektur Tradisional Sunda-dimz_OK.pdf

Martiara, R. dan A. Y. (2012). Tari Gandrung Terob Sebagai Identitas Kultural Masyarakat Using Banyuwangi. JOGED Jurnal Seni Tari, 3(1), 49–56. Retrieved from http://journal.isi.ac.id/index.php/joged/article/download/2/2

Nindy, N. S. . (2019). ( NONVERBAL COMMUNICATION IN THE FASHION OF GANDRUNG. 1–15. Retrieved from http://repository.unmuhjember.ac.id/6596/2/ABSTRAK.pdf

Pakarti, D., Kebayantini, N. L. N., & Krisna Aditya, I. G. N. A. (2020). Relasi Kuasa Dalam Perubahan Seni Tari Gandrung Di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Sosiologi (Sorot);, 1(1). Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/60832

Raharjo, B. (2016a). Dinamika Kesenian Gandrung di Banyuwangi 1950-2013. Humanis, (Volume 15. No.2. Mei 2016), 7–14. Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/view/21328/14081

Raharjo, B. (2016b). Dinamika Kesenian Gandrung Di Banyuwangi 1950-2013. Humanis, 15(2), 7–14.

Rochsun. (2020). SPIRIT ACLAK, BINGKAK DAN LADAK: INTERAKSI SIMBOLIK UPACARA ADAT BARONG IDER BUMI (1st ed.). Yogyakarta: Bildung.

Santi Ni Made; -, Suminto, H. W. A. (2018). Gandrung Marsan: Eksistensi Tari Gandrung Lanang Di Banyuwangi. Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan, (Vol 4 No 2 (2018): Desember). Retrieved from http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/kalangwan/article/view/557/294

Suharti, M. (2012). Tari Gandrung Sebagai Obyek Wisata Andalan Banyuwangi. Harmonia Journal of Arts Research and Education, 12(1). https://doi.org/10.15294/harmonia.v12i1.2215

Widodo, J., & Cahyadi, R. (2019). Dimensi Vertikal dan Horisontal Pendidikan Agama dalam Gendrung Sewu di Banyuwangi. 3(2), 165–178. Retrieved from journal.umm.ac.id/index.php/JICC%0ADimensi

Yovita Triwiludjeng. (2014). KONSTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN PENARI GANDRUNG. Thesis. Retrieved from http://repository.usd.ac.id/631/2/096322012_full.pdf

Downloads

Published

2020-11-16

How to Cite

Rahadi, R., & Yutanti, W. (2020). Resepsi Anggota Ikatan Keluarga Banyuwangi Malang Pada Tari Gandrung sebagai Identitas Masyarakat Banyuwangi. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 4(2), 165–174. https://doi.org/10.22219/satwika.v4i2.28007

Issue

Section

Reviewing Research