Pola Arkeoastronomi: Kerajaan Wengker Berdasarkan Garis Imajiner pada Sendang Kuno di Ponorogo

Authors

  • Iqbal Rizki Sucahyo Universitas Negeri Malang
  • Niswa Asmi Zameilani Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
  • Wahyu Rizky Andhifani Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah
  • Wiretno Wiretno Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v8i1.30205

Keywords:

Archaeoastronomy, Imaginary Line, Wengker Kingdom, Ancient Sendang

Abstract

Kabupaten Ponorogo merekam jejak peradaban Kerajaan Wengker yang masih diperdebatkan lokasi pusat pemerintahan. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan pola garis imajiner yaitu Situs Sendang Beji, Situs Sirah keteng, Goa Pertapa Selo Jolo Tundho dan Punden Ngreco. Pola garis tersebut menunjukkan kemungkinan sebuah pola tata ruang dan kosmologi. Metode yang digunakan adalah Grounded Research yang dibantu dengan ilmu Arkeoastronomi serta budaya untuk mencari hubungan garis imajiner dengan posisi benda langit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis astronomi dan analisis arkeologi yang diperoleh dari wawancara, literatur, benda arkeologi dan kondisi geografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis imajiner utama yang ditemukan peneliti memiliki kesegarisan dengan matahari pada Bulan Caitra yang merupakan bulan pertama dalam kalender saka serta kosmologi spiritual Masyarakat Wengker yang berorientasi pada gunung Suci Wilis. Topografi tinggalan arkeologi pada garis imajiner dan sekitarnya belum menunjukkan keberadaan lokasi pusat pemerintahan tetapi menjadi bukti adanya peradaban Kerajaan Wengker yang terbagi dalam 3 wilayah yaitu, tani atau pemukiman penduduk, dharma lpas atau tanah hibah raja dan karesyian. Selain itu, situs-situs disekitar garis imajiner juga menunjukkan pola pertahanan raja atau penguasa wilayah Wengker. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pemerintah dalam pelestarian situs sejarah di Ponorogo, serta menambah khazanah ilmu pengetahuan, agar terus dikembangkan.

 

Ponorogo Regency records traces of the civilization of the Wengker Kingdom which is still debated on the location of the seat of government. Based on initial observations, researchers found imaginary line patterns, namely the Sendang Beji Site, Sirah keteng Site, Selo Jolo Tundho and Punden Ngreco. The line pattern shows the possibility of a spatial and cosmological pattern. The method used is Grounded Research which is assisted by archaeoastronomy and culture to find the relationship between imaginary lines and the position of celestial bodies. This research uses astronomical analysis techniques and archaeological analysis obtained from interviews, literature, archaeological objects and geographical conditions. The results showed that the main imaginary line found by the researcher has a parallelism with the sun in the month of Caitra which is the first month in the saka calendar as well as the spiritual cosmology of the Wengker Community which is oriented towards the Holy mountain Wilis. The topography of archaeological remains on the imaginary line and its surroundings has not shown the existence of a central government location but is evidence of the existence of the Wengker Kingdom civilization which is divided into 3 areas, namely, tani or residential areas, dharma lpas or king's grant land and karesyian. In addition, the sites around the imaginary line also show the defense pattern of the king or ruler of the Wengker region. The results of this research can be a reference for the government in preserving historical sites in Ponorogo, as well as adding to the treasury of knowledge, so that it continues to be developed. 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aini, N., Aprilia, & Akbar, E. (2018). Studi arkeoastronomi: Kesegarisan candi-candi di Jawa Tengah dengan objek langit. Prosiding SKF 2018, 2009, pp. 14–22. DOI https://doi.org/10.31227/osf.io/9stxm

Balai Pelestarian Cagar Budaya. (2019). Relief Gana Pada Candi. Tersedia di: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/relief-gana-pada-candi (Diakses: 18 Agustus 2022).

Boechari & Wibowo, A.S. (1986). Prasasti Koleksi Museum Nasional (Jilid I). Museum Nasional, pp. 194-196.

Casparis, J. G. (1985). Sedikit Tentang Golongan- Golongan di Dalam Masyarakat Jawa Kuno, Amerta, I. FSUI, 58. DOI 10.24832/amt.v2i0.422

Daldjoni, N. (1982). Geografi Kesejarahan I (Peradaban Dunia). Alumni.

Djoened, Poesponegoro dan Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Eggleton, P.P. and Tokovinin, A.A. (2008) ‘A catalogue of multiplicity among bright stellar systems’, Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 389(2), pp. 869–879.

Fokkens, F. (1885). "Beklimming Van Den Darawati". TBG.

Kelompok Kerja Pubdok BPCB Jawa Timur. (2014). Verifikasi Warisan Budaya Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2014. Tidak Diterbitkan. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Ponorogo.

Knebel, J. (1906). “Beschrijving der Hindoe-Oudheden in de Afdeelingen Awi, Patjitan en Pånårågå der Residentie Madioen”, Rapporten van de Commissie in Nederlandsch- Indié voor Oudheikundig Onderzoek op Java en Madoera. Batavia: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetensccapen.

Kramrisch, S. (1946). The Hindu Temple. Calcutta: University of Calcutta. (https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.62118/page/n225/mode/2up). Diakses pada 20 Agustus 2022.

Krom, N.J. (1926) Hindoe-javaansche geschiedenis. M. Nijhoff.

Moelyadi (1986) Ungkapan Sejarah Kerajaan Wengker dan Reyog Ponorogo. Ponorogo: Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga,.

Munandar, A.A. (2008) ‘Ibukota Majapahit: masa jaya dan pencapaian’, (No Title) [Preprint].

Munandar, A.A. (2011). Catuspatha Arkeologi Majapahit. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Nazir. (1988) Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Nasoichah, C. (2007). Prasasti Mṛwak 1108 Śaka (1186 Masehi). Skripsi, Depok: Jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia. https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0,5&cluster=5760963586968981332

Nasoichah, C. (2017) ‘Pembacaan Angka Tahun Prasasti Sirah Kẽting Dan Kaitannya Dengan Tokoh Śrī Jayawarsa Digwijaya Śastraprabhu’, PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 6(1), pp. 1–18. https://doi.org/10.24164/pw.v6i1.190

Nugroho, A.P. 2022. ”Makna Struktur Tanda Verbal dan Visual Sistem Penyampaian Ajaran Suci Tattwa (Hakikat Tertinggi) dalam Kācāryan pada Daerah Kebudayaan Abad XI-XII Masehi di Jawa Timur”, Tesis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, UGM.

Nurhajarini, D.R., Suryami, S. and Guritno, S. (1999) ‘Kajian mitos dan nilai budaya dalam Tantu Panggelaran’.

Pemerintahan Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo (2016). Goa Pertapan Selo Jolo Tundho Karangpatihan. https://www.karangpatihan.com/2016/12/goa-pertapan-selo-jolo-tundho.html. Diakses pada tanggal 26/09/2022 pukul 18.16.

Polcaro, A. & Polcaro, V.F. (2009). Man and Sky: Problems and Methods of Archaeoastronomy. Archaeologia e Calcolatori. 20. hlm. 223-245.

Purwowijoyo. (1985). Babad Ponorogo. Ponorogo: Dinas Pariwisata dan Kepahlawanan Masyarakat Ponorogo.

Pramono, T.H. 2021. Studi Arkeoastronomi Candi Sukuh dan Cetho, Jawa Tengah. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung

Pramukti, R. D. 2022. Studi Arkeoastronomi: Kesegarisan Candi-Candi di Jawa Timur dengan Objek Langit. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung.

Reinhart, C. (2012) ‘Antara Lawu dan Wilis Arkeologi, Sejarah, Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam (Residen Madiun 1934-38)’, Magetan: KPG dan PEMKAB Magetan [Preprint].

Rofiq, A.C. (2020) Historiografi lokal: Babad Ponorogo dan kepahlawanan masyarakat Ponorogo. Bintang Pustaka Madani.

Santiko, H. (1977) Dewi Sri, unsur pemujaan kesuburan pada mitos padi. Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sedyawati, E. (2009) Saiwa dan Bauddha di Masa Jawa Kuna. Widya Dharma.

Sidi, N.A. (2019) ‘Sejarah Kabupaten Ponorogo’, Ponorogo: MGMP Sejarah [Preprint].

Tim Ahli Cagar Budaya Ponorogo. (2016). Naskah Rekomendasi Penetapan Struktur Petirtaan Beji Sebagai Struktur Cagar Budaya Kabupaten. Tidak Diterbitkan. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo.

Wardhani, D. S. (1982). Śri Jayawarsa Digwijaya Śastraprabhu. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia X (2), pp. 161 - 168.

Wawancara dengan Bapak Jarno (Juru Pelihara Sirah Keteng) dan Bapak Kepala Desa Bedingin: “Awal Penemuan Situs Sirah Keteng dan Terowongan”. Ponorogo: 18 Agustus 2022.

Wawancara dengan Bapak Arifin (Ketua Komunitas Mahija Wengker : “Penyelamatan Punden Ngreco”. Ponorogo: 6 Agustus 2022.

Wawancara dengan Bapak Darmanto (Penanggung Jawab Telaga Mantili Dirja): “Sejarah dan Pengelolaan Telaga Mantili Dirja”. Ponorogo: 19 September 2022.

Wawancara dengan anonym (Penduduk Sekitar Kedung Lesung): “Terowongan yang Menghubungkan Kedung Lesung dan Sirah Keteng Serta Pengahanyutan Merang”. Ponorogo: 20 Agustus 2022.

Wawancara dengan Bapak Bibit (Juru Pelihara Watu Dukun): “Sejarah dan Pengelolaan Watu dukun”. Ponorogo: 14 September 2022.

Worsley, P., Supomo, S. and Hunter, T.H. (2014) Kakawin Sumanasantaka: mati karena bunga sumanasa. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Zoetmulder, P.J., Robson, S.O. and Darusuprapta, S. (1995) ‘Kamus Jawa Kuna-Indonesia’, (No Title) [Preprint].

Zoetmulder, P.J. 1982. Kamus Jawa Kuna Indonesia.

Downloads

Published

2024-04-30

How to Cite

Sucahyo, I. R., Zameilani, N. A., Andhifani, W. R., & Wiretno, W. (2024). Pola Arkeoastronomi: Kerajaan Wengker Berdasarkan Garis Imajiner pada Sendang Kuno di Ponorogo. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 8(1), 210–232. https://doi.org/10.22219/satwika.v8i1.30205

Issue

Section

Table of Content