Motif Durhaka dalam Cerita Rakyat Nusantara

Authors

  • Sugiarti Sugiarti Universitas Muhammadiyah Malang
  • Eggy Fajar Andalas Universitas Muhammadiyah Malang
  • Aditya Dwi Putra Bhakti Universitas Muhammadiyah Malang

DOI:

https://doi.org/10.22219/satwika.v7i2.31388

Keywords:

Durhaka, Cerita Rakyat Nusantara, Motif

Abstract

Di wilayah Nusantara, cerita rakyat dengan motif “anak durhaka” tampaknya cukup populer. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya enam belas cerita di wilayah Nusantara yang memiliki motif tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dengan metode sastra bandingan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah close reading. Teknik analisis yang digunakan adalah metode struktural-komparatif da diolah dengan model kualitatif-interaktif. Hasil penelitian menunjukkan motif anak durhaka ditemukan pada enam belas judul cerita rakyat. Motif ini muncul sebagai peringatan moral yang menyoroti pentingnya menghormati orang tua, sementara motif perubahan bentuk atau transformasi memberikan alegori tentang perjalanan spiritual dan pembelajaran karakter. Motif kemiskinan yang berubah menjadi kekayaan menciptakan narasi yang inspiratif, sementara motif kutukan memainkan peran penting dalam memberikan dimensi moral pada cerita rakyat. Tokoh utama dan pendamping menjadi elemen kunci dalam menggambarkan kompleksitas moralitas, sedangkan setting tempat dari cerita menciptakan lokalitas dan keberagaman kisah serta menambahkan dimensi budaya yang mendalam. Dengan menggali motif dalam cerita rakyat Nusantara, artikel ini membantu memahami nilai-nilai kultural dan spiritual yang diperjuangkan oleh masyarakat Indonesia.

 

In the Indonesian archipelago, folk tales with the motif of "disobedient children" seem to be quite popular. This is proven by the discovery of sixteen stories in the archipelago that have this motif. This research uses a structural approach with comparative literature methods. The data collection technique used was close reading. The analysis technique used is a structural-comparative method and is processed using a qualitative-interactive model. The research results show that the motif of the disobedient child is found in sixteen folklore titles. This motif appears as a moral warning that highlights the importance of respecting parents, while the motif of shapeshifting or transformation provides an allegory about spiritual journeys and character learning. The motif of poverty turning into wealth creates an inspirational narrative, while the curse motif plays an important role in giving a moral dimension to folk tales. The main characters and companions are key elements in depicting the complexity of morality, while the setting of the story creates the locality and diversity of the story and adds a deep cultural dimension. By exploring motifs in Indonesian folklore, this article helps us understand the cultural and spiritual values fought for by Indonesian society.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Eggy Fajar Andalas, Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

References

Andalas, E. F. (2018). Cerita Rakyat dan Tradisi Masyarakat Agraris Nusantara: Mitos Dewi Sri (Jawa) dan Legenda Putri Mandalika (Sasak). In P. Karyanto (Ed.), Kisah-Kisah Perempuan dan Cerita Rakyat Nusantara (pp. 1–12). Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga.

Apriliyani, N. Y. A., Sunendar, D., Syihabuddin, S., & Sumiyadi, S. (2023). Cerita Rakyat Nusantara sebagai Media Pengenalan Sastra pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(3), 2875–2884. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i3.4375

Bahta, G. T. (2016). Folklore: an Instrument of Conflict Prevention, Transformation and Resolution in the Ethiopian Context. Southern African Journal for Folklore Studies, 24(2), 170–185. https://doi.org/10.25159/1016-8427/1615

Harum, D. M. (2019). Mitos Naga dalam Khasanah Cerita Rakyat Dunia. Ceudah, 9(1), 36–47. https://jurnalbba.kemdikbud.go.id/index.php/ceudah/article/view/99

Herwani, S. (2023). Analisis Nilai Pendidikan Karakter Legenda Batu Menangis: Kajian Perspektif Islam. Ibtida’iy: Jurnal Prodi PGMI, 8(1), 21–26. https://doi.org/https://doi.org/10.31764/ibtidaiy.v8i1.14902

Hidayat, S. (2011). Mitos anak durhaka dan “the mother factor.” Ceudah, 1(1), 62–69. https://jurnalbba.kemdikbud.go.id/index.php/ceudah/article/view/28

Jers, L. O. T., Suraya, R. S., Alias, A., Ashmarita, A., Takasi, L. O. M. R., & Kurniawan, R. (2022). The Value of Character Education in Mekongga Folklore in Kolaka, Southeast Sulawesi. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial Dan Budaya, 11(2), 167–182. https://doi.org/10.33772/etnoreflika.v11i2.1422

Kadir, R., Kasim, R., & Limbanadi, Y. (2022). Perbandingan Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih, Cinderella, dan Si Cantik Vasilisa. Jurnal Jentera, 11(1), 68–76. https://doi.org/https://doi.org/10.26499/jentera.v11i1.4799

Kodish, D. (2013). Cultivating Folk Arts and Social Change. The Journal of American Folklore, 126(502), 434–454. https://doi.org/https://doi.org/10.5406/jamerfolk.126.502.0434

Mastuti, D. W. R. (2005). Kutukan dan Berkah dalam Cerita Jawa Kuna. In Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia (Vol. 7, Issue 2, pp. 134–140).

Mitts-Smith, D. (2022). Folklore in Children’s Literature. In A Companion to Children’s Literature (pp. 26–38). John Wiley & Sons Ltd. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/9781119038276.ch3

Nadig, K. N. K., & Madhusudan, N. (2022). Impact of Folklore on Indian School Education, An Empirical Study. In Digitalization of Culture Through Technology (p. 342). Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781003332183

Nakawake, Y., & Sato, K. (2019). Systematic quantitative analyses reveal the folk-zoological knowledge embedded in folktales. Palgrave Communications, 5(1), 1–10. https://doi.org/10.1057/s41599-019-0375-x

Nisa, I. N., & Andalas, E. F. (2021). Motif “ Jaka Tarub ” dan objektivitas perempuan dalam cerita rakyat Nusantara ( The motives of " Jaka Tarub " and the objectivity of women in the folklores of the archipelago ) maka langsung tercetus bahwa itu adalah cerita Jaka Tarub yang berasal dari da. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra …, 7(2), 438–462. https://doi.org/https://doi.org/10.22219/kembara.v7i2.17984

Pratiwi, Y., Andalas, E. F., & Dermawan, T. (2018). Penelitian Sastra Kontekstual. Kota Tua.

Prayoga, R. W., Suwigyo, H., & Harsiati, T. (2017). Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Cerita Rakyat Nusantara. Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran Dan Pendidikan Dasar2, 1055–1059.

Putri, M. H. R. (2013). Studi Perbandingan Cerita Rakyat Indonesia “Danau Toba” dengan Cerita Rakyat Jepang “Uo Nyoubou.”

Qur’ani, H. B., & Andalas, E. F. (2019). Nilai-Nilai Moral Cerita Rakyat di Banten. Jurnal Basastra, 8(3), 238–252. https://doi.org/https://doi.org/10.24114/bss.v8i3.15885

Radzi, S. B. M. (2015). The modern tanggang and the change of meaning in the tales of the ungrateful son. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication, 31(2), 247–261. https://doi.org/10.17576/jkmjc-2015-3102-16

Rahman, H., Wirawati, D., & Sidiq, J. N. A. (2020). Pembentukan karakter melalui pembelajaran sastra berbasis ekologis dalam kumpulan cerita rakyat Nusantara. Pena Literasi, 2(2), 87–92. https://doi.org/https://doi.org/10.24853/pl.2.2.87-92

Sa’ida, N. (2020). Analisis Nilai Moral dalam Cerita Rakyat. Jurnal Pendidikan, Pengasuhan, Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini (JP2KG AUD), 1(1), 47–54. https://doi.org/https://doi.org/10.26740/jp2kgaud.2020.1.1.47-54

Salim, A. (2016). Tragedi Kedurhakaan Dalam Cerita Malin Kundang (Sumatera Utara) Dan Batu Menangis (Kalimantan Barat). The 4th University Research Colloquium (URECOL) 2016, 148–153. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/7752/Mahasiswa %28Student Paper Presentation%29%281%29_18.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Setyorini, N., & Sukirno, S. (2019). Nilai moral lingkungan hidup dalam cerita rakyat Nusantara. Jurnal Bahtera: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 6(11), 502–508. http://ejournal.umpwr.ac.id/files/journals/15/articles/5553/submission/review/5553-17819-1-RV.pdf

Sitohang, K. S. K., & Alfianika, N. A. N. (2021). Perbandingan Struktur Fungsional Cerita Rakyat Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan: Legenda Anak Durhaka. Jurnal Bahasa Indonesia Prima (JBIP), 3(2), 201–215. https://doi.org/https://doi.org/10.34012/bip.v3i2.1896

Soni, R. K. (2020). Folklore as Tradition, Heritage and Profession. Smart Moves Journal Ijellh, 8(1), 8. https://doi.org/10.24113/ijellh.v8i1.10334

Supardjo, S., Padmaningsih, D., & Sujono, S. (2020). Folk Tales As A Character Education Tool For Children. https://doi.org/10.4108/eai.20-9-2019.2296701

Vidiarama, M. A., Qomaruzzaman, M., & Hasani, R. N. (2019). Motif Penghukuman dalam Cerita Rakyat Indonesia dengan Pesan Moral Berbakti Kepada Orang Tua. Seminar Internasional Riksa Bahasa, 1868–1876. http://proceedings2.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/1083/987

Wahyuningtyas, K., & Pramudiyanto, A. (2021). Perbandingan Motif Cerita Jaka Tarub Dan Nawang Wulan Dengan Cerita Niúláng Zhinü. Diwangkara, 1(1), 16–25.

Xiangyu, L. (2022). Representation of Black Rhetoric in Oral Folk Works. Vestnik Kyrgyzskogo Gosudarstvennogo Universiteta Stroitelʹstva, Transporta i Arhitektury Im.N.Isanova, 158–161. https://doi.org/doi: 10.35803/1694-5298.2022.1.158-161

Yanti, S. N. H. (2017). Fungsi Cerita Asal-Usul Nama Tempat-Tempat Wisata Dalam Cerita Rakyat Di Kabupaten Kebumen. PIBSI XXXIX, 1197–1206. http://eprints.undip.ac.id/59666/1/88._Sri_Nani_Hari_Yanti_Unsoed.pdf

Downloads

Published

2023-10-31

How to Cite

Sugiarti, S., Andalas, E. F., & Bhakti, A. D. P. (2023). Motif Durhaka dalam Cerita Rakyat Nusantara. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(2), 593–605. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i2.31388

Issue

Section

Table of Content