Intensitas Budaya pada Musik Iringan Tari Tiga Serangkai di Sanggar Andari
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v8i2.32944Keywords:
cultural intensity, dance music, Andari studioAbstract
Tari Tiga Serangkai merupakan karya tari dari Sanggar Andari yang tercipta pada tahun 2002 atas respon terhadap konflik etnis yang terjadi di Kalimantan Barat pada tahun 1996. Kemajemukan itu dilihat oleh Kusmindari Triwati bukan sesuatu yang memecah belah justru menjadi simbolik Persatuan dan menjadi dasar terbentuknya tari Tiga Serangkai. Tari yang tidak lepas dari musik pengiringnya tentunya saling berkorelasi dalam konsep persatuan dari berbagai etnis tersebut, sehingga Intensitas Budaya yang terkandung di dalam karya ini menjadi menarik untuk ditelisik lebih dalam terutama sebagai sebuah medium pemersatu masyarakat yang mejemuk di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif serta Etnomusikologi sebagai pendekatan dalam menggali lebih dalam mengenai intensitas budaya dalam sudut pandang musik. Intensitas budaya yang terkandung dalam karya tari Tiga Serangkai oleh Sanggar Andari tampak melalui penyatuan elemen musik dan tarian dari berbagai latar belakang etnis yang ada di Kalimantan Barat. Intensitas Budaya yang terkandung dalam tari Tiga Serangkai bukan hanya sebuah karya gerak tari namun lebih dalam karya tersebut sebagai sebuah penggambaran sejarah, nilai, serta menjadi ruang dialektika antar suku menuju keharmonisan di Kalimantan Barat.
Tiga Serangkai dance is a dance work from Sanggar Andari that was created in 2002 in response to the ethnic conflict that occurred in West Kalimantan in 1996. The plurality is seen by Kusmindari Triwati as not something that divides, but instead becomes a symbolic unity and becomes the basis for the formation of Tiga Serangkai dance. The dance that cannot be separated from the accompanying music is certainly correlated with the concept of unity of the various ethnicities, so that the Cultural Intensity contained in this work becomes interesting to be examined more deeply, especially as a unifying medium for pluralistic communities in West Kalimantan. This research uses qualitative research using descriptive methods and Ethnomusicology as an approach in digging deeper into cultural intensity from a musical point of view. The cultural intensity contained in the Tiga Serangkai dance work by Sanggar Andari is seen through the unification of music and dance elements from various ethnic backgrounds in West Kalimantan. The cultural intensity contained in Tiga Serangkai dance is not only a work of dance movements but deeper than that work as a depiction of history, values, and a dialectical space between tribes towards harmony in West Kalimantan.
Downloads
References
Aditya, M. C. P., & Ramadhan, I. (2024). Kesenian Tari Orang-Orang Bertopeng: Memperkuat Relasi Sosial dan Warisan Melayu Kalimantan Barat. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 8(1), 10-22. https://doi.org/10.22210/satwika.v8i1.31808
Afilla, M., Oktariani, D., & Ismunandar, I.(2024).Strategi Pembelajaran Tari untuk Anak di Sanggar Andari Kota Pontianak.Satwika:KajianIlmuBudayadanPerubahanSosial,8(1),281-293. https://doi.org/10/22210/satwika.v8i1.32748
Agawu, V. (2003). Representing African Music: Postcolonial Notes, Queries, Positions. African Musicology Online. https://www.routledge.com/Representing-African-Music-Postcolonial-Notes-Queries-Positions/Agawu/p/book/9780415943901?srsltid=AfmBOoo1ifHgKpA7Qzr2bwILQ2dJLxhbnqvycNM4qXgVcejIgqmAWLUz
Amelia, R. (2015). Fungsi Alat Musik Sape' dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Universitas Indonesia.
Anjani, R. (2022). Menganalisis Peran Gus Dur Dalam Perjuangan Hak Umat Beragama Khonghucu Di Indonesia. Krinok: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Sejarah, 1(1) pp. 85-93.. DOI: https://doi.org/10.22437/krinok.v1i1.17848
Batubara, S. M. (2017). Kearifan Lokal Dalam Budaya Daerah Kalimantan Barat (Etnis Melayu dan Dayak). Jurnal Penelitian IPTEKS, 2(1) pp. 92–93. DOI: https://doi.org/10.32528/ipteks.v2i1.564
Benward, B., & Saker, M. (2014). Music in theory and practice (9th ed.). McGraw-Hill Education.
Cahyono, A., Hanggoro P, B., & Bisri, M. H. (2021). Tanda dan Makna Teks Pertunjukan Barongsai. Mudra Jurnal Seni Budaya, 31(1), pp. 22-36. DOI: https://doi.org/10.31091/mudra.v31i1.246
Chang, Pat Foh (2002). Sarawak Cultural Legacy: Ngajat, the Dance of the Iban People. Sarawak Museum Journal.
Chen, M. (2018). Nostalgia and Memory in Chinese Pop Music: The Case of Tian Mi Mi. Journal of Popular Music Studies.
Chaya, I. N. (2014). Intensitas Budaya dalam Dunia Kepenarian. Jurnal Seni Budaya Panggung, 24(3), pp.296-307. DOI: https://doi.org/10.26742/panggung.v24i3.126
Darmadi, H. (2016). Dayak Asal-Usul Dan Penyebarannya di Bumi Borneo (1). SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial, 3(2) pp. 322–340. DOI: https://doi.org/10.31571/sosial.v3i2.376
Darmawan, A. (2018). Kajian Musikologis Perayaan Cap Go Meh 2018 Pada Masyarakat Tionghoa Di Kota Singkawang Kalimantan Barat. Skrispsi Thesis.
http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/5944
Gozali, I. (2022). Seni beduda: Penanaman nilai-nilai tradisi melalui musik dan syair pada masyarakat Suku Dayak Kebahan Penyelopat. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 6(1), pp.139-152. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i1.18902
Gramidia, T. R. N., & Setyawan, B. W. (2022). Akulturasi Budaya Dalam Tradisi Satu Suro Di Lereng Gunung Kawi Kabupaten Malang. Sosfilkom : Jurnal Sosial, Filsafat Dan Komunikasi, 16(01) pp. 9–14. https://doi.org/10.32534/jsfk.v16i01.2919
Hartanto, C. K., Darmawan, D. R., Manalu, C. R., & Lenny, A. (2021). Alat Musik Tradisional Di Masa Modern (Sape’ Dayak Kayaan Dalam Kajian Nilai Budaya). Gondang: Jurnal Seni Dan Budaya, 5(2), pp. 182-192. https://doi.org/10.24114/gondang.v5i2.29311
Haryanto. (2015). Musik Suku Dayak: Sebuah catatan perjalanan di pedalaman Kalimantan. BP ISI Yogyakarta. ISBN 978-979-8242-80-9.
Ismunandar, I. (2023). Tari Multi Etnis Kota Pontianak, Sejarah, Fungsi, dan Perkembangannya. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana ….
https://proceeding.unnes.ac.id/snpasca/article/view/2160
Kartomi, Margaret J. (1998). Traditional Music of Southeast Asia. Oxford University Press.
Kiyai Keai, G., Tugang, N., & Seer, O. (2020). Ngajat Iban: A Cultural Study. Kupas Seni, 8(2) pp. 70–83.. https://doi.org/10.37134/kupasseni.vol8.2.6.2020
Mariyono, D., & Masykuri, M. (2023). Kiprah Pesantren: Solusi Konflik Sosial dan Etika Bangsa yang Multikultur. Journal on Education, 5(4) pp. 12052-12065. https://doi.org/10.31004/joe.v5i4.2166
Merriam, A. P. (1964). The anthropology of music. Northwestern University Press.
Mega,.C.P.A & Ramdhan .(2024). Kesenian Tari Orang-Orang Bertopeng: Memperkuat Relasi Sosial dan Warisan Melayu Kalimantan Barat. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 8 (1), 10-22, https://doi.org/10.22219/satwika.v8i1.31808
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook (2nd ed.). SAGE Publications.
Mulyono, H. (2015). The Role of Lion Dance in Chinese Cultural Heritage in Indonesia. International Journal of Arts and Culture.
Nugraha, Y. S., & Mistortoify, Z. (2022). Estetika Cengkok dan Makna dalam Kidungan Jula-Juli Lawakan. DESKOVI : Art and Design Journal, 5(1), pp. 39–44. https://doi.org/10.51804/deskovi.v5i1.1766
Nur, R. J., Wildan, D., & Komariah, S. (2023). Kekuatan Budaya Lokal: Menjelajahi 3S (Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge’) sebagai Simbol Kearifan Lokal. MIMESIS, 4(2) pp. 166-179. DOI : https://doi.org/10.12928/mms.v4i2.8105
Octaviandri, O., Ismunandar, I., & Muniir, A. (2019). Analisis Pola Tabuhan Beruas Pada Musik Iringan Jepin Tembung Panjang di Kota Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 8(3).
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/32511/75676580918
Pangestu, H. (2021). Tari Jepin Bismillah sebagai Identitas dan Karakter Masyarakat Melayu. Jurnal Wawasan Pengembangan Pendidikan, 9(2), pp.61-69. https://doi.org/10.61689/waspada.v9i02.275
Permatasari, R. P., Oktariani, D., & Ismunandar, I. (2024). Proses kreatif Kusmidari Triwati dalam penciptaan tari Rampak Rebana di Sanggar Andari Kota Pontianak. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 8(1), 266-280. https://doi.org/10.22210/satwika.v8i1.32750
Petebang, E. (2000). Konflik etnis di Sambas. Institut Studi Arus Informasi (ISAI) Gama Media. ISBN 979-8933-28-1.
Pira, S., Oktariani, D., & Ismunandar, I. (2024). Kusmindari Triwati: Tokoh Pelestari Seni Tari di Kota Pontianak.Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 8(1), 293-305, https://doi.org/10/22210/satwika.v8i1.32747
Putri, M. (2018). Penggunaan Alat Musik Tradisional pada Upacara Adat Naik Dango di Kalimantan Barat. Universitas Tanjungpura.
Setiawan Alan, Y., Syahrani, A., & Fretisari, I. (2017). Bentuk penyajian tari jonggan suku dayak kanayatn di kecamatan kubu kabupaten kubu raya. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 6(8) pp. 1-15. http://dx.doi.org/10.26418/jppk.v6i8.21407
Varanida, D. (2018). Keberagaman Etnis dan Budaya sebagai Pembangunan Bangsa Indonesia. (PROYEKSI Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora PROYEKSI Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora (e-Journal)), 23(1), pp.36-46. https://doi.org/10.26418/proyeksi.v23i1.2444
Yuyun, C. D. (2020). Makna Simbol Busana Tari Ngajat Pada Dayak Iban Dusun Ngaung Keruh Kabupaten Kapuas Hulu. Skripsi : Untan Program Studi Pendidikan Dan Seni Pertunjukan FKIP UNTAN, . http://dx.doi.org/10.26418/jppk.v9i4.40432
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Lukyantus Lukyantus, Nurmila Sari Djau, Mastri Dihita Sagala
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)