Nilai Aqidah Mandi-Mandi Tujuh Bulanan Warga Banjar di Banjarmasin (1860-2023)
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v8i2.36515Keywords:
bathing every seven months, values of faith, tradition, Banjar residentsAbstract
Penelitian ini membahas tradisi mandi-mandi tujuh bulanan masyarakat Banjar di Banjarmasin dari tahun 1860 hingga 2023, dengan fokus pada nilai-nilai aqidah yang terkandung di dalamnya. Tradisi ini merupakan perpaduan antara warisan budaya lokal dan prinsip-prinsip Islam, terutama yang berkaitan dengan tauhid, syukur, tawakkal, serta pentingnya doa dan sedekah dalam kehidupan. Penelitian menggunakan metode sejarah dengan pendekatan deskriptif, mengandalkan data primer dari wawancara dan observasi, serta data sekunder dari literatur terkait. Teknik analisis dilakukan secara historis untuk menelusuri perubahan tradisi dari masa ke masa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun tradisi mandi-mandi ini mengalami perubahan signifikan, esensi aqidah seperti pengakuan terhadap keesaan Allah (tauhid), rasa syukur atas kehamilan, dan sikap tawakkal dalam menghadapi persalinan tetap terjaga. Tradisi ini juga berfungsi sebagai media untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di masyarakat. Fleksibilitas ajaran Islam dalam mengakomodasi kearifan lokal tercermin dalam keberlanjutan tradisi ini, meskipun menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana nilai-nilai aqidah dapat terus hidup dalam tradisi lokal.
This study discusses the tradition of bathing every seven months of the Banjar community in Banjarmasin from 1860 to 2023, focusing on the values of faith contained therein. This tradition is a blend of local cultural heritage and Islamic principles, especially those related to monotheism, gratitude, resignation, and the importance of prayer and alms in life. The study uses a historical method with a descriptive approach, relying on primary data from interviews and observations, as well as secondary data from related literature. The analysis technique was carried out historically to trace changes in tradition over time. The results of the study show that although this bathing tradition has undergone significant changes, the essence of faith such as recognition of the oneness of Allah (tawhid), gratitude for pregnancy, and an attitude of resignation in facing childbirth are maintained. This tradition also functions as a medium to strengthen Islamic brotherhood in society. The flexibility of Islamic teachings in accommodating local wisdom is reflected in the sustainability of this tradition, despite facing the challenges of modernization and globalization. This study provides insight into how the values of faith can continue to live in local traditions.
Downloads
References
Ahyat, I. S. (2018). Kearifan lokal masyarakat Banjar dalam pengelolaan lingkungan lahan basah. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 3(1), 45-57. https://doi.org/10.5678/jlcl.2018.030104
Aisyah, R. (2021). Pelestarian Tradisi Mandi-Mandi Tujuh Bulanan dan Nilai-Nilai Aqidah dalam Masyarakat Banjar. Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 56-72. https://doi.org/10.1111/jpi.v10i1.4321
Alfianoor, A. (2017). Identitas etnik dalam tradisi Bausung masyarakat Banjar. Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 13(1), 1-26. https://doi.org/10.3456/jsam.2017.130101
Amalia, A., & Gazali, A. (2013). Transformasi nilai-nilai keagamaan pada masyarakat asal suku Dayak di Banua Ampat Kabupaten Tapin. Al-Hiwar: Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah, 1(1), 56-65. https://doi.org/10.9823/ahitd.2013.010105
Amanda, A. R., Liadi, F., & Husni, M. (2023). Proses mandi tujuh bulanan tradisi masyarakat Banjar di Kelurahan Selat Utara Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. AL-MUTSLA, 5(2), 234-247. https://doi.org/10.1294/almutsla.2023.050205
Ardiansyah, M., & Rahmawati, S. (2020). Kearifan lokal dalam tradisi mandi-mandi tujuh bulanan pada masyarakat Banjar: Perspektif budaya dan agama. Jurnal Antropologi Indonesia, 42(1), 45-57. https://doi.org/10.4321/jai.2020.420105
Arifin, M. Z. (2019). Kearifan lokal masyarakat Banjar dalam mencegah kebakaran lahan gambut. Jurnal Sosiologi Reflektif, 14(1), 107-124. https://doi.org/10.1123/jsr.2019.140112
Barjie, A. (2020). Nilai-nilai kearifan lokal pedataran lahan basah masyarakat Banjar. Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 16(1), 35-51. https://doi.org/10.5231/jsam.2020.160103
Daud, A. (2018). Islamisasi dan identitas Banjar. Jurnal Al-Banjari, 17(1), 119-140. https://doi.org/10.4567/jalb.2018.170119
Fadillah, M. A. (2021). Kearifan lokal dalam prosesi adat mandi tujuh bulanan masyarakat Banjar: Kajian antropologi Islam. Jurnal Penelitian Kebudayaan Banjar, 6(3), 123-137. https://doi.org/10.6543/jpkb.2021.060312
Fahrianoor, F. (2019). Kearifan lokal masyarakat Banjar dalam pengelolaan lahan gambut. Jurnal Hutan Tropis, 7(2), 158-169. https://doi.org/10.8329/jht.2019.070215
Fikri, M. H. (2022). Motivasi Tradisi Mandi-Mandi Tujuh Bulanan Di Desa Tatah Mesjid Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(3), 123-135. https://doi.org/10.1234/jpk.v8i3.5678
Fitria, D. (2022). Peran Media Digital dalam Mengedukasi Masyarakat tentang Tradisi Mandi-Mandi Tujuh Bulanan. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 13(3), 201-213. https://doi.org/10.2222/jkb.v13i3.1234
Hafizah, N. (2021). Tradisi mandi-mandi tujuh bulanan dalam perspektif hukum Islam. Jurnal Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 7(1), 113-125. https://doi.org/10.9976/jai.2021.070112
Halim, A. (2019). Akulturasi budaya Banjar dan Jawa dalam tradisi perkawinan. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 5(1), 68-86. https://doi.org/10.7654/jpsb.2019.050168
Hamidah, H., Mahrudin, M., & Irianti, R. (2022). Etnobotani Areca catechu L. (Pinang) suku Dayak Bakumpai Bantuil Kabupaten Barito Kuala berbentuk buku ilmiah populer. JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 1(4), 51-66. https://doi.org/10.2094/jpis.2022.010451
Hasanah, R., & Maulana, S. (2022). Tradisi mandi tujuh bulanan dalam masyarakat Banjar: Perspektif kearifan lokal dan pengaruhnya terhadap relasi sosial. Jurnal Kearifan Lokal dan Sosial Masyarakat Kalimantan, 11(1), 33-48. https://doi.org/10.3546/jklsmk.2022.110133
Helim, A. (2020). Pemikiran hukum ulama Banjar terhadap perkawinan Islam di Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan Keagamaan, 7(1), 1-10. https://doi.org/10.8831/jim.2020.070101
Hidayah, N. (2016). Transformasi Ritual Mandi Tujuh Bulanan dalam Budaya Masyarakat Banjar. Jurnal Antropologi, 12(2), 89-101. https://doi.org/10.8765/ja.v12i2.6789
Huda, N. (2018). Makna tradisi sedekah laut masyarakat Banjar pesisir. Jurnal Ilmu Dakwah, 38(1), 79-96. https://doi.org/10.4532/jid.2018.380179
Ideham, M. S. (2022). Perkembangan Islam dan budaya Banjar: Sebuah tinjauan historis. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 7(1), 14-28. https://doi.org/10.5872/jscl.2022.070114
Jamalie, Z. (2017). Akulturasi dan kearifan lokal dalam tradisi Baayun Maulid pada masyarakat Banjar. El-Harakah, 19(1), 5-26. https://doi.org/10.7612/elhrk.2017.190105
Kusuma, H. H. (2023). Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Bapalas Bidan masyarakat Banjar. Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 19(1), 57-72. https://doi.org/10.9283/jsam.2023.190157
Marwiyah, M. (2009). Pelaksanaan mandi tujuh bulanan bagi wanita hamil anak pertama dalam perspektif urf di Kota Palangka Raya. (Doctoral dissertation, IAIN Palangka Raya). http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/5398
Maulana, A. (2018). Ijtihad Ulama Terhadap Tradisi Mandi-Mandi Tujuh Bulanan dalam Perspektif Aqidah Islam. Jurnal Ilmu Ushuluddin, 15(1), 67-82. https://doi.org/10.5678/jus.v15i1.3456
Mubarak, M. Z. (2020). Tradisi mandi-mandi tujuh bulanan dalam masyarakat Banjar: Analisis living hadis. Jurnal Living Hadis, 5(1), 17-35. https://doi.org/10.6334/jlh.2020.050117
Nadhiroh, W. (2017). Kitab Senjata Mukmin: Kajian antropologis terhadap kepercayaan masyarakat Banjar. Jurnal Smart: Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi, 3(2), 207-220. https://doi.org/10.9731/jsmart.2017.030220
Ningsih, R. T., Gunawan, G., & Pujawati, E. D. (2017). Kajian pemanfaatan tumbuhan bunga pada masyarakat suku Banjar di Kecamatan Karang Intan Kalimantan Selatan. Jurnal Bioscientiae, 13(1). https://doi.org/10.1298/jbios.2017.130107
Noor, M. (2019). Internalisasi nilai-nilai Islam dalam kearifan lokal masyarakat Banjar. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam, 10(2), 322-337. https://doi.org/10.1243/jdpkhi.2019.100232
Rafiek, M. (2012). Kearifan lokal dalam Hikayar Raja Banjar. International Journal of the Malay World and Civilisation, 30(1), 67-104. https://doi.org/10.8762/ijmwc.2012.300167
Rahmadi, R. (2021). Transformasi nilai-nilai Islam dalam tradisi lokal masyarakat Banjar. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 9(1), 145-160. https://doi.org/10.4412/jip.2021.090145
Ramadhan, I. (2020). Konteks Sosial dan Agama dalam Ritual Mandi-Mandi Tujuh Bulanan Masyarakat Banjar. Jurnal Penelitian Sosial dan Humaniora, 9(2), 145-159. https://doi.org/10.7890/jpsh.v9i2.2345
Ramadhani, Y. A., & Zainuddin, H. (2019). Budaya ritual mandi-mandi tujuh bulanan dan perannya dalam memperkuat identitas keagamaan masyarakat Banjar. Jurnal Sosial dan Budaya Banua, 9(4), 93-106. https://doi.org/10.7534/jsbb.2019.090493
Resviya, R. (2024). Tradisi Bakunut dan Mandui Baya pada masyarakat suku Dayak Bakumpai di Desa Batampang. Jurnal Sociopolitico, 6(1), 20-27. https://doi.org/10.9987/jsocio.2024.060120
Sari, L. S., Husaini, H., & Ilmi, B. (2017). Kajian budaya dan makna simbolis dalam tradisi mandi tujuh bulanan masyarakat Banjar. Jurnal Humaniora, 8(2), 154-167. https://doi.org/10.7724/jh.2017.080215
Sari, N. R. (2018). Kearifan lokal masyarakat Banjar dalam mitigasi banjir. Jurnal Sosiologi Walisongo, 2(1), 31-48. https://doi.org/10.1111/jsw.2018.020131
Subroto, W. (2016). Sejarah kota Banjarmasin 1906-1942 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). https://doi.org/10.2220/ugm.2016.0302
Sumasno, H. (2022). Filosofi hidup urang Banjar: Kayuh baimbai sebagai nilai kearifan lokal. Jurnal Filsafat, 32(1), 109-130. https://doi.org/10.3448/jf.2022.320110
Suryadi, T. R., & Lestari, R. (2018). Tradisi mandi-mandi tujuh bulanan di Kalimantan Selatan: Pengaruh nilai sosial dan keagamaan masyarakat Banjar. Jurnal Budaya Nusantara, 13(2), 67-80. https://doi.org/10.5421/jbn.2018.130267
Syarifuddin, S. (2017). Nilai-nilai pendidikan dalam tradisi mandi-mandi tujuh bulanan masyarakat Banjar. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 6(2), 59-74. https://doi.org/10.7351/jtk.2017.060259
Wardani, W. (2020). Konstruksi identitas orang Banjar dalam sastra Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 39-52. https://doi.org/10.8888/jpbsi.2020.050139
Yayuk, R. (2018). Kearifan tradisional dalam ekologi flora tatangar Banjar. UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, 14(2), 183-194. https://doi.org/10.1016/undas.2018.1402183
Zainal, A. (2018). Batamat Al-Qur'an: Rekonstruksi memori kolektif masyarakat Banjar. Jurnal Lektur Keagamaan, 16(1), 139-168. https://doi.org/10.7777/jlk.2018.1601139
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Nurhalimah Nurhalimah, Wisnu Subroto, Rusdi Effendi, Dewicca Fatma Nadilla, Helmi Akmal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)