Dekonstruksi Tradisi Pasca Kematian di Linggo Sari Baganti dalam Perspektif Kajian Budaya
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v8i2.36725Keywords:
post-death traditions, deconstruction, semiotics, cultural studiesAbstract
Tradisi pasca kematian merupakan keseluruhan prosesi yang dilakukan masyarakat setelah jenazah dikuburkan. Hal tersebut sudah menjadi tradisi dalam masyarakat dan kebudayaan yang menjadi kebiasaan turun temurun. Di Minangkabau berbagai bentuk tradisi diatur dalam semboyan adat, yaitu Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai. Semboyan tersebut dimaksudkan bahwasanya adat berlandaskan syariat (agama), syariat berlandaskan Al-Qur’an. Apapun yang dikatakan oleh agama, maka itulah yang akan dipedomani oleh adat. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan ilmu pengetahuan, terdapat beberapa ketidakselarasan antara tradisi dari nenek moyang dengan ajaran Islam yang diyakini oleh masyarakat di Linggo Sari Baganti. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pelaksanaan tradisi yang sudah ada sebelumnya dengan tradisi baru, sehingga dapat diketahui makna dari pembaharuannya berdasarkan perspektif kajian budaya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori dekonstruksi dan semiotika dengan perspektif kajian budaya. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif. Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu observasi lapangan, wawancara dan dokumen kasus. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat perbedaan, tradisi pasca kematian yang sudah ada sebelumnya, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manjalang tigo hari, bilang hari, dan malapasi. Sedangkan prosesi pada tradisi yang baru muncul terdiri dari dua, yaitu manjalang tigo hari dan bilang hari. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui beberapa makna setelah dilakukan dekonstruksi. Yaitu makna keagamaan, makna sosial, dan makna budaya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan pelestarian tradisi pasca kematian.
Post-death traditions are all processions carried out by the community after the body is buried. This has become a tradition in society and culture that has been passed down from generation to generation. In Minangkabau, various forms of tradition are regulated in traditional mottos, namely “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adat mamakai”. This motto means that custom is based on sharia (religion), sharia is based on the Koran. Whatever religion says, that is what custom will guide. As time goes by and the growth of science, there are several inconsistencies between the traditions of our ancestors and the Islamic teachings believed by the people in Linggo Sari Baganti. Therefore, this research aims to determine the form of implementation of pre-existing traditions with new traditions, so that the meaning of the renewal can be known based on a cultural studies perspective. This research was conducted using deconstruction with a cultural studies perspective. The method used is a descriptive qualitative method. The data processing techniques used were field observations, interviews and case documents. Based on research conducted in Linggo Sari Baganti District, there are differences, the pre-existing post-death traditions are grouped into three, namely “manjalang tigo hari, bilang hari and malapasi”. Meanwhile, the procession in the newly emerged tradition consists of two, namely “manjalang tigo hari and bilang hari”. Based on this, several meanings can be identified after deconstruction. These are religious meaning, social meaning and cultural meaning which can be used as considerations for preserving traditions after death.
Downloads
References
Apri Yolanda, B., Amri, E., & Fitriani, E. (2020). Makna Upacara Kematian Malapeh-lapeh bagi Masyarakat Nagari Taluak Pesisir Selatan. Culture & Society: Journal of Anthropological Research, 1(3), 198–207.
Azra, A. (2017). Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi Ed. 1, Cet. 1 (I. Thaha, Ed.). Prenadamedia Group.
Azri, F. (2015). Fungsi Sosial Tradisi Pambakaan dalam Upacara Kematian di Kelurahan Batipuh Panjang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat.
Badan Perencanaan Daerah Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. (2020). Profil Sosial Ekonomi Teknik dan Kelembagaan Daerah Irigasi (DI) Kecamatan Linggo Sari Baganti.
Barker, C. (2000). Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bentang.
Departemen Agama RI. (2011). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Diponegoro.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1985). Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sumatera Barat. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Derrida, J. (2002). Dekonstruksi Spiritual: Merayakan Ragam Wajah Spiritual. Jalasutra.
Direktorat Pelindungan Kebudayaan. (2022). Sebanyak 1728 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia Ditetapkan.
Emzir, & Rohman, S. (2015). Teori dan Pengajaran Sastra. Rajawali Pers.
Ernatip, E. (2018). Upacara ‘Ngaben’ di Desa Rama Agung – Bengkulu Utara. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 4(2). https://doi.org/10.36424/jpsb.v4i2.62
Hadija, H. (2018). Integrasi Budaya Islam pada Tradisi Upacara Adat Kematian di Masyarakat Kajang.
Hafid, E., & Arsyad, A. (2020). Tradisi Angalle Allo Pasca Kematian Perspektif Sadd Dzariah (Studi Kasus di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa). Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, 1(3).
Hajrah, & Amran, I. (1980). Sejarah Kebudayaan. Usaha Nasional.
Hamka. (1984). Islam dan Adat Minangkabau. Pustaka Panjimas.
Hasmira, H. (2017). Makna Perayaan Kematian (Studi Fenomenologi Masyarakat Janggurara terhadap Tradisi “Mangdoja” di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang).
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Cet. 1. GP Press.
Ismail, R. (2019). Ritual Kematian dalam Agama Asli Toraja “Aluk To Dolo” (Studi Atas Upacara Kematian Rambu Solok). Religi: Jurnal Studi Agama-Agama, 15(1), 1–6.
Kaminus, K., Firman, F., & Rusdinal, R. (2019). Tradisi Upacara Selamatan Kematian di Kambang Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(3), 1500–1505.
Khadziq. (2009). Islam dan Budaya Lokal: Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat. Teras.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi Ed. Revisi. Rineka Cipta.
Lubis, A. Y. (2014). Postmodernisme: Teori dan Metode. Raja Grafindo Persada.
Nawawi, H. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial Cet.12. Gadjah Mada University Press.
Norris, C. (2003). Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques Derrida (Cetakan I). Ar-Ruzz Media.
NU Online. (2023). Hukum Menggunakan Harta Peninggalan untuk Biaya Selamatan. https://jombang.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-menggunakan-harta-peninggalan-untuk-biaya-selamatan-mcPkZ
Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna (A. Adlin, Ed.). Jalasutra.
Redaksi Muhammadiyah. (2020). Makan Makan di Rumah Duka. Fatwa Tarjih.
Saputro, J. S. (2023). Mengapa Terjebak Gaya Hidup Hedonisme. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Indonesia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Syam, N. (2005). Islam Pesisir. Lkis Pelangi Aksara.
Tim PWNU Jawa Timur. (2007). Aswaja An-Nahdliyah. Khalista.
Al-Bahjah TV. (2022). Hukum Makan di Rumah Duka dalam Ajaran Islam | Buya Yahya Menjawab. https://www.youtube.com/watch?v=QSbyNqPJBFQ
Ummatin, K. (2015). Sejarah Islam & Budaya Lokal. Kalimedia.
Yudha, I. (2014). Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa di Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Universitas Udayana.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Cia Novia Sari, Syafril Syafril, Nopriyasman Nopriyasman
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)