Manajemen Produksi Pergelaran: Peranan Leadership dalam Komunitas Seni Pertunjukan
DOI:
https://doi.org/10.22219/satwika.v3i2.9951Keywords:
seni populer, manajemen produksi pergelaran, kepemimpinanAbstract
Seni populer selalu menghadirkan ruang sempit terhadap bentuk pertunjukan yang diselenggarakan secara langsung (live). Perkembangan budaya popular kedalam kehidupan seni pertunjukan telah me-munculkan transformasi nilai, ketika lembaga pemerintahan kurang dapat bersinergi dengan komunitas kesenian, maka terjadi berbagai benturan dalam proses berkesenian. Nilai estetik yang hadir melalui proses artistik, kini hanya dijadikan alat mendatangkan nilai ekonomi semata, sehingga “keindahan” sering dimaknai sebagai sesuatuhal yang harus menghasilkan keuntungan secara komersial. Sebaliknya perkembangan seni populer yang ditandai pesatnya media elektronik telah membawa pengaruh terhadap aktivitas produksi pergelaran. Pementasan kesenian tradisi yang diselenggarakan secara langsung sekarang semakin susah dijumpai, dan sering pula menghadapi persaingan dengan kesenian yang telah dikomodifikasikan melalui media televisi. Tumbuh-kembang media televisi bahkan telah memicu pertumbuhan industri hiburan yang berorientasi komoditas dan keuntungan finansial. Tayangan hiburan di berbagai layar media televisi juga dapat memalingkan penonton dari pementasan yang diselenggarakan secara live. Perkembangan seni popular yang didukung teknologi dan kecepatan informasi telah membawa pengaruh transformasi dengan hadirnya industri hiburan, hal tersebut menjadi fenomena yang berdampak terhadap keberadaan pertunjukan maupun perilaku penontonnya. Penelitian bertujuan mendeskripsikan faktor pendukung produksi pergelaran, menjelaskan pengelolaan dan peranan leadership dalam komunitas kesenian. Untuk meng- analisa data digunakan teori relevan melalui analogi Goffman, dan manajemen ditunjang konsep kepemimpinan, sehingga hasil penelitian dapat digunakan menjawab fenomena yang terjadi. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan peranan leadership ini, lebih menitik-beratkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka maupun dokumentasi. Penelusuran faktor pendukung dan produksi pergelaran menghasilkan asumsi tentang manajemen serta peranan kepemimpinan dalam keberadaan komunitas seni pertunjukan.
Downloads
References
Amirullah., & Budiyono, H. (2004). Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Anirun, S. (1998). Menjadi Aktor: Pengantar Kepada Seni Peran Untuk Pentas dan Sinema. Bandung: Rekamedia Multiprakarsa bekerja sama Studiklub Teater Bandung dan Taman Budaya Jawa Barat.
Barker, C. (2011). Cultural Studies: Teori dan Praktik. terjemah Nurhadi, Bantul: Kreasi Wacana.
Bungin, B. (2012). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Emzir. (2012) Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Fiske, J. (2011). Memahami Budaya Populer. Diterjemahkan oleh Asma Bey Mahyuddin, hal. 5, Yogyakarta: Jalasutra.
Harymawan, R. M. A. (1988). Dramaturgi. Bandung: Rosda Karya.
Heryanto, A (ed). (2012). Budaya Populer di Indonesia: Mencairnya Identitas Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Jalasutra.
Ibrahim, I S. (2011). Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Pop-scape. dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Murgiyanto, S. (1985). Manajemen Pertunjukan. Jakarta : DEPDIKBUD.
Permas, Ac., Sedayono, C H., Pranoto L.H., Saputro, P. (2003). Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan Jakarta: PPM.
Priyatmoko, Hariyono, dan Suseno, D. (2014). 2014 Tahun Kebudayaan di Jawa. Timur. Surabaya: Biro Humas dan Protokol Setdaprov.
Purba, J. (2005). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Purnomo, H. (2015). “Aneka Ria Srimulat: Kajian Seni Populer di Kompleks Taman Hiburan Rakyat Surabaya”. Tesis Magister, Universiyas Negeri Surabaya.
Ratna, N K. (2013). Glosarium:1.250 Entri, Kajian Sastra, Seni, dan Sosial Budaya. Hal. 439 dan 442, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Safaria, T. (2004). Kepemimpinan. Yogyakarta: Gaha Ilmu.
Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam Budaya, Buku 2 Dialog Budaya: Nasional.dan Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Smiers, J. (2009). Arts Under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya di Era Globalisasi. Diterjemahkan Umi Haryati. hal.168, Yogyakarta: Insist Press.
Soedarsono, R.M. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Strinati, D. (2003). Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Terjemahan Abdul Mukhid Yogyakarta: Bentang Budaya.
Sudikan, S Y. (1997). “Kesenian Rakyat dan Tantangan Zaman”, Makalah Seminar Nasional. IKIP Semarang, 27 Agustus 1997.
Suganda, D. (2002), Manajemen Seni Pertunjukan. Bandung: STSI Press.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2019 Heny Purnomo, Lilik Subari
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial agree to the following terms:
- For all articles published in Satwika, copyright is retained by the authors. Authors give permission to the publisher to announce the work with conditions. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the publishing right to the publisher.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)